Wow! PKR 10514, Kapal Perang Buatan PT PAL Surabaya Mulai Dibangun

Inilah PKR 10514, Kapal Perang Dengan “Teknologi Siluman” Canggih Buatan PT PAL Surabaya

kapal perang sigma 10514 header
PT PAL Surabaya untuk kali pertama membuat kapal perang jenis “Stealth”. Kapal kelas Sigma “Guide Missil Escort /Frigate” atau “Kapal Perusak Kawal Rudal” (PKR) ini panjangnya 105 meter. Kapal canggih berkemampuan “Siluman” atau tak terdeteksi radar (Stealth Technology) hasil rancangan anak bangsa ini dibuat terhitung tanggal 15 Januari 2014 lalu, dan diberi kode nama “PKR 10514″.
Setelah sekian lama “mbulet” mencari dan mencari, Indonesia akhirnya mulai membangun armada kapal perang produksi dalam negeri. Bukan lagi Korvet Nasional seperti yang dicita-citakan dulu, melainkan melompat ke kelas Frigate Nasional.
PT PAL Indonesia mulai membuat kapal jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) 105 meter atau Guide Missil Escort /Frigate terhitung tanggal 15/1/2014 lalu.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro didampingi Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Marsetio, Direktur Utama PT PAL Indonesia, Firmansyah Arifin, CEO Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda HJ Van Ameijden serta Ketua Tim Pelaksana KKIP, Soemarjono, melakukan first steel cutting atau pemotongan pertama baja sebagai bahan baku pembuatan kapal PKR.
“Ini merupakan kapal pertama yang dibuat di sini (PT PAL Indonesia) dari empat yang kami pesan. Sebenarnya ada enam, tapi dua dipesan di DSNS Belanda,”ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Kapal PKR/Frigate no.1 ini merupakan kapal dengan ukuran panjang 105 meter dan lebar 14 meter dan nantinya akan menjadi kapal pembawa rudal baik untuk dipermukaan air maupun torpedo di dalam air.
Proses pembuatan kapal senilai 20 juta dolar Amerika Serikat (AS) ini dijadwalkan 48 bulan. Selanjutnya 9 hingga 10 bulan kedepannya, tiga kapal lainnya menyusul selesai.
menhan resmikan kapal perang PT-PAL
Menteri Pertahanan dalam acara pemotongan pertama baja bahan baku kapal PKR di PT PAL Surabaya 15/1/2014 (photo:DMC)
Proses pembuatannya dilakukan dengan menggandeng instruktur dari DSNS. Dengan instruktur ini hadir selama pembuatan di PT PAL. Sementara para desainer dari PT PAL juga sudah belajar secara teknis di DSNS sejak rencana pembuatan kapal ini dibuat sejak 2011 lalu.
“Ini merupakan bagian dari alih teknologi. Saya sudah minta Damen (DSNS) untuk melibatkan PT PAL,” ujar Purnomo.
Kementerian Pertahanan  sudah mendapatkan anggaran sebesar Rp 150 triliun dari pemerintah untuk pengadaan alutsista. Kapal PKR/Frigate merupakan bagian dari anggaran itu.
Menteri Pertahanan (Menhan) meminta kepada KKIP untuk ikut mengawasi pembangunan Kapal PKR/Frigate ini dari waktu ke waktu dan terus meningkatkan kemampuan Industri Pertahanan.
Menhan menekankan bahwa proyek pembangunan Kapal PKR/Frigate ini untuk mendukung pengamanan wilayah perairan Indonesia yang luas yang membutuhkan kemampuan kekuatan TNI AL yang tinggi.
model kapal perang Sigma-10514 PAL Indonesia
Model PKR Sigma 10514
Menhan juga mengharapkan agar pada pembangunan kapal ke-2, Transfer Of Technology yang diterima Indonesia lebih banyak lagi porsinya dari pembangunan kapal pertama.
Kapal dengan panjang 105 Meter ini merupakan Kapal pertama yang dibangun dari 2 kapal pesanan TNI AL yang rencananya akan memakan waktu selama 48 bulan atau diharapkan selesai pada akhir Desember 2016.
Pembangunan Kapal PKR/Frigate ke-1 ini terdiri dari 6 modul dimana pengerjaan 4 modul nya dilakukan oleh PT PAL Indonesia di Surabaya dan 2 modul akan dikerjakan oleh DSNS di galangan kapal DSNS di Belanda.
kapal perang sigma10514 - banner
Ilustrasi Kapal Perang Siluman PKR 10514 besutan anak bangsa, sedang berpatroli di Selat Madura
PKR/Frigate ini merupakan kapal berteknologi dan berkemampuan tinggi yang merupakan langkah besar bagi PT PAL. Selanjutnya, pada rencana strategis (renstra) kedua pada 2015 – 2018 TNI AL berencana melanjutkan proyek ini dengan kapal ke-3 dan kapal ke-4.
KASAL Laksmana TNI Marsetio menambahkan, nantinya kapal ini akan menunjang tugas-tugas TNI AL dalam melakukan pengamanan perairan Indonesia.
“Fungsinya dalam perang bisa menjadi kapal yang ditakuti musuh. Di masa damai ini, fungsinya tentu melakukan pengamanan laut dari ancaman kriminalitas lain, seperti pencurian, pembajakan kapal, dan sejenisnya,” jelas Marsetio. (tribunnews / dmc.kemhan.go.id)

Operasi Woyla 1981: Pembebasan Sandera Pembajakan Pesawat Garuda di Thailand

Operasi Woyla 1981: Pembebasan Korban Pembajakan Pesawat Garuda di Thailand

Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla ini terjadi selama empat hari dan menjadi peristiwa terorisme bermotif “jihad” pertama yang menimpa Indonesia dan semoga hanya menjadi satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.
Peristiwa Woyla adalah sebuah peristiwa dalam penerbangan maskapai Garuda Indonesia bernama “Woyla” dengan nomer penerbangan 206, berkode ekor PK-GNJ, rute jurusan Jakarta – Medan, namun harus transit dahulu dipelabuhan udara sipil Talangbetutu, Palembang dan berencana akan ke Bandara Polonia Medan, tapi kemudian pesawat itu mengalami insiden pembajakan saat lepas landas dari Palembang.
Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu, tanggal 28 Maret 1981 oleh lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok Islam ekstremis “Komando Jihad” adalah kelompok ekstrimis Islam Indonesia yang ada dari tahun 1968 sampai dibubarkan melalui aksi pembersihan oleh anggota intelijen pada pertengahan tahun 1980-an.
Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55.
Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang, lalu pembajak menyuruh pilot untuk terbang ke Penang Malaysia.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 3
Co-pilot DC-9 Woyla, Hedhy Djuantoro.
Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muangthai tanggal 31 Maret 1981.
Imran bin Muhammad Zein, pemimpin ‘sel’ kelompok Komando Jihad yang melakukan peristiwa teror ini menuntut agar para rekannya yang ditahan pasca Peristiwa Cicendo di Bandung, Jawa Barat, supaya dibebaskan.
Dalam Peristiwa Cicendo, 14 anggota Komando Jihad membunuh empat anggota polisi di Kosekta 65 pada 11 Maret 1981 dini hari. Usai peristiwa itu, sejumlah anggota Komando Jihad ditahan dan terancam hukuman mati.
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla ini menjadi peristiwa terorisme bermotif “jihad” pertama yang menimpa Indonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.
 Kronologi Peristiwa
Sabtu pagi 28 Maret 1981, pesawat Garuda Indonesia GA 206 tujuan Medan tinggal landas dari Bandara Talangbetutu, Palembang. Pembajakan bermula saat pesawat yang dikemudikan Kapten Herman Rante mendarat sejak penerbangannya dari Jakarta, lalu transit di Palembang.
Pesawat di piloti oleh Kapten Pilot Herman Rante dan co-pilot Hedhy Djuantoro, dan tiga pramugari, Retna Wiyanna Barnas, Dewi Yanti dan Lydia.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 2
Inilah ketiga pramugari pesawat GA Woyla yang dibajak, Retna Wiyanna Barnas, Dewi Yanti dan Lydia.
Pesawat di piloti oleh Kapten Pilot Herman Rante dan co-pilot Hedhy Djuantoro, dan tiga pramugari, Retna Wiyanna Barnas, Dewi Yanti dan Lydia.
Awalnya, penumpang pesawat berisi 33 penumpang dari Jakarta dan 15 penumpang tambahan dari Palembang saat transit, jadi total 48 orang didalamnya ditambah 5 krew pesawat tersebut (2 krew kokpit dan 3 crew kabin).
Baru saja setelah Kapten Pilot Herman Rante yang menerbangkan DC-9 Woyla lepas landas dari Pelud Sipil Talang Betutu, Palembang seusai transit untuk menuju Bandara Polonia, Medan.
Tiba-tiba dua penumpang bangkit dari tempat duduk mereka, satu menuju ke kokpit dan menodongkan senjata. Sedangkan satunya lagi berdiri di gang antara tempat-duduk pesawat.
Dari dalam kokpit, tiba-tiba co-pilot Hedhy Juwantoro mendengar suara ribut di arah belakang. Baru saja akan berpaling, seorang menyerbu ke dalam kokpit sambil berteriak, “Jangan bergerak, pesawat kami bajak…”
Sabtu pagi 28 Maret 1981, pukul 10.10, pesawat tersebut dikuasai oleh lima pembajak, semuanya bersenjata api. Pembajak meminta pesawat terbang ke Kolombo, Sri Lanka. Permintaan tersebut tidak mungkin dipenuhi, sebab bahan bakar terbatas. Pembajak lantas mengatakan:
“Pokoknya terbang sejauh-jauhnya dari Indonesia” teriak Mahrizal, seorang pembajak.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 4
Nenek Hulda Panjaitan yang berumur 76 tahun diperbolehkan turun di Malaysia oleh para teroris di pesawat GA Woyla karena ia tak henti-hentinya menangis di dalam pesawat yang dibajak.
Kemudian pesawat dialihkan ke Penang, Malaysia, untuk pengisian bahan bakar. Lalu, DC-9 Woyla meninggalkan Malaysia setelah mengisi bahan bakar, menuju ke Bandara Don Mueang, Thailand.
Ketika masih di bandara Penang Malaysia untuk mengisi bahan bakar, seorang penumpang wanita lanjut usia bernama Hulda Panjaitan.
Nenek yang berumur 76 tahun itu diperbolehkan turun oleh para teroris karena ia tak henti-hentinya menangis di dalam pesawat.
Kemudian pesawat itu terbang lagi ke Thailand atas paksaan teroris dan adanya penerimaaan pemerintah Thailand untuk mengizinkan pesawat tersebut mendarat di wilayahnya.
Para teroris kemudian membacakan tuntutan mereka, yaitu:
1. Anggota Komando Jihad di Indonesia yang berjumlah 80 orang sebagai tahanan politik segera dibebaskan.
2. Meminta uang sejumlah US$ 1,5 juta.
3. Orang Israel dikeluarkan dari Indonesia.
3. Adam Malik dicopot sebagai Wakil Presiden.
Mereka juga meminta pesawat itu untuk pembebasan tahanan dan untuk terbang ke tujuan yang dirahasiakan.
Mereka mengancam telah memasang bom di pesawat Woyla dan tidak segan untuk meledakkan diri bersama pesawat tersebut.
Operasi Pembebasan
Operasi pembebasan pesawat DC-9 dikenal dengan sebutan Operasi Woyla yang dimulai sehari setelah tersiarnya kabar pembajakan tersebut.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 10
Tuntutan para pembajak yang meminta uang tebusan sejumlah US$ 1,5 juta, juga masuk dalam berita di koran.
Berita pertama pembajakan tersebar pukul 10.18, saat Captain Pilot A. Sapari dengan pesawat Fokker-28 Garuda Indonesia nomer penerbangan 145, jurusan Pekanbaru – Jakarta, yang baru tinggal landas dari Bandara Simpang Tiga, Pekan Baru mendengar panggilan radio dari GA 206 yang berbunyi:
“..being hijacked, being hijacked”.
Berita tersebut langsung diteruskan ke Jakarta, berita yang mengejutkan petugas keamanan karena pada saat bersamaan juga diadakan latihan gabungan yang melibatkan semua unsur pasukan tempur di Timor-Timur hingga Halmahera.
Berita tersebut juga diterima oleh Wakil Panglima ABRI pada kala itu, yaitu Laksamana Sudomo yang masih berada di Jakarta.
Kelompok khusus militer Indonesia yang baru dibentuk saat itu adalah Kopassandha (Komando Pasukan Sandi Yudha – nama satuan Kopassus saat itu), meminjam sebuah pesawat DC-9 untuk mempelajari situasi.
Sudomo langsung meneruskan berita tersebut kepada Kepala Pusat Intelijen Strategis Benny Moerdani yang langsung menghubungi Asrama Kopasandha (Sekarang Kopassus) yang diterima oleh Asisten Operasi Kopasandha LetKol. Sintong Panjaitan.
Benny memberitahu tentang dibajaknya pesawat Garuda, berapa jumlah pembajak, apa motivasinya, kemana tujuan dan apa tuntutannya masih belum diketahui.
“..yang pasti, saya langsung diperintahkan menyiapkan pasukan”, kenang Sintong, yang pada saat itu kakinya masih dibalut gips sehingga ia tidak bisa berangkat untuk latihan gabungan.
Dari Thailand dikabarkan pula bahwa pesawat mendarat di bandara Don Muang, Thailand.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 5
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda GA Woyla, seketika langsung tersebar ke banyak media.
Latihan dan Persiapan Pasukan Anti Teror
Sabtu malam 28 Maret 1981, pukul 19.25, di Jakarta, Kepala Bakin (sekarang BIN) Jenderal Yoga Sugomo berangkat ke Bangkok. Menurut berita yang dia peroleh, para pembajak lima lelaki berbicara bahasa Indonesia. bersenjatakan pistol, granat dan kemungkinan dinamit.
Para pembajak menuntut Indonesia membebaskan tahanan Peristiwa Cicendo, komplotan Warman serta Komando Jihad. Para tahanan diminta diterbangkan disuatu tempat diluar Indonesia dan meminta uang sebesar 1.5 juta dollar AS. Jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi, mereka mengancam akan meledakkan Woyla beserta penumpangnya.
Sabtu malam 28 Maret 1981, pukul sepuluh lebih, Kol Teddy Rusdi, Benny Moerdani dan Sudomo diterima Presiden Suharto di Cendana. Hasil akhir pembicaraan menyimpulkan bahwa opsi militer akan dilakukan untuk membebaskan pesawat tersebut. Pada saat terjadinya peristiwa ini, pasukan komando Indonesia belum memiliki pengalaman dalam menangani peristiwa terorisme pembajakan pesawat.
Minggu 29 Maret 1981, pukul 21.00, sejumlah 35 anggota Kopassandha meninggalkan Indonesia dalam sebuah DC-10, mengenakan pakaian sipil. Pemimpin CIA di Thailand menawarkan pinjaman jaket anti peluru, namun ditolak karena pasukan Kopassandha Indonesia telah membawa perlengkapan mereka sendiri dari Jakarta.
Minggu pagi telepon di meja Benny berdering. Dubes Amerika Serikat Edward Masters mengkhawatirkan akan keselamatan warganya yang berada di GA 206, apabila opsi militer dilakukan.
“I am sorry sir, but this is entirely an Indonesian problem. It is an Indonesian aircraft” jawab Benny. Ditegaskan Indonesia berhak mengambil segala langkah dalam meringkus pembajak dan tidak perlu izin dari negara lain. We don’t guarantee anything..”
Minggu 29 Maret 1981, pukul 21.00 lebih, setelah mendapat clearance dari pemerintah Thailand. bahwa pasukan anti teror boleh mendarat, Indonesia diizinkan mengirim pesawat terbang untuk menjemput sandera. Benny memutuskan menggunakan Garuda DC-10 Sumatera, pesawat ini lebih cepat dan lebih lama terbang dari DC 9.
“..karena antisipasi pesawat yang dibajak kemungkinan akan dipakai terbang sampai ke Libya” kenang Subagyo HS yang saat itu berpangkat Mayor di Grup IV Kopasandha.
Latihan 2 hari di hanggar Garuda dengan pesawat DC 9, telah memantapkan tekad pasukan khusus anti teror untuk secepatnya meringkus pembajak. Sudah dua tahun pasukan khusus anti teror terbentuk, mereka terus berlatih tapi belum pernah punya kesempatan muncul.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 7
Garuda Indonesia yang dibajak dari jenis DC-9 bernama “Woyla” beregistrasi PK-GNJ.
Baru kali ini, mereka akan melakukan operasi dan yang lebih membanggakan, bertempur diwilayah negara asing. Pasukan belum berangkat menunggu perintah Benny, penanggung jawab operasi.
Begitu Benny datang bukan perintah berangkat yang didengar, tetapi “Bagaimana latihan kalian?”. “Siap pak” jawab Sintong mantap. Dalam kesempatan itu, Benny juga membagikan kotak amunisi.
Sintong lansung ingat sewaktu Operasi Dwikora. Perlengkapan baru sering malah bisa menyulitkan. Sering terjadi peluru tidak meledak, akibat belum dibiasakan penggunaannya.
Trauma tersebut masih membekas, karena itu dia merasa yakin, sebuah peralatan yang belum pernah dicoba serta dibiasakan penggunaannya, bisa membahayakan. Dengan mengumpulkan segala keberanian, Sintong kemudian berkata,
“Jangan Pak, jangan bagikan peluru tersebut. Kami belum terbiasa.”
“Lho, ini peluru bagus, yang terbaru. Gunakan saja..” Tegas Benny.
“..Kami harus mencobanya dulu.” jawab Sintong menolak.
Terlihat nada kesal dalam jawaban Benny, “..ya sudah, cobalah”
Pasukan segera mencari tempat untuk uji coba. peluru dibagikan dan ditembakkan. Yang terdengar justru bunyi, “Pakh, pakh,pakh..pakh”. Ternyata tidak satupun peluru meletus.
Benny terkejut menyaksikan kejadian itu. Meski bukan kesalahannya, tetapi perasaannya lebih galau, melebihi semuanya. Dalam hati, Sintong bergumam, “Untung belum berangkat..”
Benny langsung menyuruh anak buahnya ke Tebet untuk mengambil amunisi baru. Pasukan khusus anti teror memang sengaja dibekali dengan jenis peluru yang mematikan tapi tidak akan menembus dinding pesawat. Sehingga, kalau berlangsung pertempuran dalam kabin, dinding pesawat tidak bakal rusak.
Mengingat sifatnya, jenis peluru termaksud hanya bisa tahan enam bulan sudah harus diganti baru. Masalah tersebut agaknya terlalaikan petugas perlengkapan. Sesudah kiriman peluru pengganti tiba dan diujicoba, Benny memberi isyarat untuk berangkat. Sintong melirik jamnya, penerbangan mereka sudah tertunda lebih dari satu jam.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 6
Pesawat GA Woyla PK-GNJ yang dibajak, mendarat di bandara Don Muang, Thailand.
Pasukan Anti Teror Tiba di Bangkok, Thailand
Senin 30 Maret 1981, dini hari, pukul 00.30, pesawat DC-10 tiba di Don Muang dengan berkamuflase menjadi pesawat Garuda yang baru terbang dari Eropa. Pesawat diparkir dilokasi yang agak jauh dari Woyla.
Kendaraan pasukan angkatan udara Thailand tiba, dan seorang perwira penghubung membawa Benny menemui Menlu Thailand Siddi Savitsila. Perundingan yang deadlock menyebabkan clearance untuk menyerbu pesawat tidak bisa diberikan, maka menlu Thailand mempertemukan Benny dengan PM Thailand Prem Tinsulanonda esok paginya.
Senin 30 Maret 1981, pagi, pukul 06.00, Benny bersama Yoga Sugomo, Dubes Indonesia untuk Thailand Habib dan Dirjen Perhubungan Udara Sugiri bertemu PM Thailand dikediaman resminya.
Dalam pertemuan tersebut, pada awalnya pemerintah Thailand tidak bersedia memberi izin operasi militer, sementara pemerintah Indonesia tetap meminta izin Thailand, untuk menyelesaikan sendiri pembajakan tersebut.
Akhir perundingan, PM Prem menyatakan akan memberi keputusan pada pukul 11 hari itu juga.
“Saya selalu menganggap nasi goreng Bangkok terenak di dunia”, ujar Benny.
Maka Benny ditemani Kolonel Rosadi, atase pertahanan makan pagi, sementara lainnya pulang ke hotel. Ditempat itu Benny bertemu dengan Chief Station CIA untuk Thailand.
Dalam pembicaraan yang berkembang, Benny kemudian meminjam flak jacket, (jaket/rompi antipeluru) karena lupa membawa dari Jakarta. Tapi ternyata didalam pesawat DC-10 sudah tersedia, maka flak jacket itu tidak jadi dipakai. Meski nantinya memunculkan wacana, seolah-olah AS memberi bantuan peralatan tempur kepada pasukan Indonesia.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 8
Tentara Thailand mengamati dari kejauhan pesawat GA Woyla PK-GNJ bernomer penerbangan 206 yang dibajak, saat berada di bandara Don Muang, Thailand.
Selepas tengah hari clearance untuk menyerbu sudah diberikan oleh PM Prem, Benny menetapkan, serbuan akan dilakukan sebelum fajar. Tak lupa pula dia meminta petugas Garuda di Don Muang menyiapkan 17 peti mati.
Sementara itu suasana tegang semakin ganas dengan menetapkan deadline atas tuntutan mereka, Yoga dengan sabar melayani segala macam tuntutan tersebut sambil mengulur waktu.
Ketegangan yang sama juga terasa di kabin DC-10, menunggu adalah pekerjaan yang paling menjengkelkan. Tanpa ada pemecahan maka anak buahnya akan tegang tanpa guna, maka Sintong memerintahkan anak buahnya untuk tidur.
“Hampir semuanya langsung tertidur, merasa lepas dari beban. Mereka saling mendengkur, adu keras..”
Senin 30 Maret 1981, malam hari, pasukan anti teror satu demi satu turun dari pesawat DC-10. Sekali lagi mereka melakukan latihan ulangan menggunakan DC-9 Digul. Pada kesempatan tersebut, Sintong mengajak pilot Garuda untuk ikut menonton.
Sebelum Sintong turun dari pesawat, Sintong sudah memutuskan untuk membuang tongkat penyangga kakinya. “.. masa, perwira komando, memimpin operasi dengan tongkat.”
Latihan ulangan berlangsung dengan baik, semua anggota tahu apa yang harus dilakukan, Sintong memperkirakan dalam lima menit pasukannya sudah dapat menguasai pesawat.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 11
Pemerintah Indonesia bertekad untuk menyelamatkan penumpang dan awak pesawat GA Woyla.
Begitu latihan selesai, seorang pilot Garuda mendekati Sintong, “Pak.. maaf Pak”. ” Ya ada apa?” tanya Sintong ingin tahu.
”Tadi waktu bapak latihan, memang semuanya bisa demikian, kalau pintu samping dibuka dari luar, dengan mudah anak buah bapak bisa menyerbu masuk. Tetapi kalau pintu darurat yang dibuka, yang langsung keluar karet peluncur untuk pendaratan darurat..”
“Yailah..” teriak Sintong. “Terimakasih, .. terimakasih” Bisa dia bayangkan, tanpa ada pemberitahuan tersebut, dalam penyerbuan masuk ke kabin, anak buahnya pasti berhamburan terlempar ke bawah dari pintu darurat, dihantam tangga peluncur emergency.
Sekali lagi latihan diulang. Faktor munculnya tangga penyelamat dari pintu darurat, diperhitungkan. Dengan masukan tambahan tersebut, Sintong justru menemukan langkah penangkal. Begitu pintu darurat dibuka dari luar, seorang anggota wajib menahan munculnya tangga pendaratan darurat. Pada saat bersamaan, anggota lain sudah harus menyerbu masuk kabin.
Benny memutuskan serangan dilakukan pada pukul 03.00. Jarum jam menunjukkan pukul 02.00, pasukan sudah siap dengan perlengkapan tempur, pakaian loreng dan baret merah. Briefing terakhir sudah selesai. “Tunggu apa lagi? Saya segera perintahkan, berangkat…” kenang Sintong.
Sementara di dalam pesawat yang dibajak, para teroris sudah mulai lelah. Menurut para penumpang yang akhirnya menjadi saksi-mata, para pembajak mulai menceritakan keluh-kesah mereka, tentang anaknya, istrinya atau keluarganya.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 9
Robert Wainwright (27) berhasil melarikan diri dengan cara membuka pintu darurat dan berhasil selamat.
Hal ini membuat para pembajak mulai lengah. Pada saat itu seorang penumpang warga negara Inggris bernama Robert Wainwright, berusia 27 tahun, memanfaatkan situasi itu.
Ia berhasil melarikan diri dengan cara membuka pintu darurat, loncat keluar dari pesawat, dan berhasil selamat.
Enam jam kemudian, seorang warga negara Amerika bernama Schneider, berusaha melarikan diri, namun tertembak dan tersungkur di aspal disaksikan istrinya,  Carol Schneider.
Setelah peristiwa itu, para pembajak marah besar. Mereka pengumpulkan semua penumpang dibagian depan pesawat dan tidak ada yang boleh berbicara.
Penyerbuan ke Pesawat Woyla
Selasa 31 Maret 1981, dini hari, pukul 02.30, prajurit bersenjata mendekati pesawat secara diam-diam. Mereka merencanakan agar Tim Merah dan Tim Biru memanjat ke sayap pesawat dan menunggu di pintu samping. Semua jendela pesawat telah ditutup. Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Semua tim akan masuk ketika kode diberikan.
Mereka dijemput mobil. Untuk menjaga kerahasiaan, seluruh pasukan diminta berbaring dilantai kendaraan. “Saya duduk di atas anak-anak, injek-injekan” kata Benny. Sintong sangat terkejut, ketika pasukan sudah meninggalkan mobil dan berjalan menuju Woyla, tiba-tiba saja Benny menyusup masuk ke dalam barisan. Ini diluar skenario.
Tubuh Benny terlihat jelas, ditengah deretan pasukan berseragam. Dia memakai jaket hitam, tangan kanannya memegang sepucuk pistol mitraliur. Perwira tinggi tersebut nampak menonjol karena satu-satunya yang tidak berseragam dan tidak juga memakai baret merah.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 12
Mrs. Carol Schneider, seorang istri warga negara Amerika bernama Mr. Schneider yang juga sebagai sandera dan berusaha melarikan diri, namun gagal karena tertembak.
Sambil berbisik, Sintong memerintahkan anak buahnya yang jalan paling dekat. “So, Roso, keluarkan dia. Jangan biarkan Pak Benny ikut..”. “Pak, saya nggak berani”, jawab Letnan Suroso, juga dengan berbisik.
Sementara itu dalam pikiran Benny, “Tempat terbaik bagi saya, harus bersama mereka..”
Tentu saja dia mengabaikan kenyataan, bahwa dirinya seorang jenderal dengan tiga bintang.
Benny juga bukan komandan lapangan, yang memang harus selalu ikut menanggung resiko menghadang maut digaris depan. Dia juga tidak mempedulikan, kemungkinan peluru nyasar, justru akan bisa menyeret akibat fatal.
Tetapi Benny tetap dalam doktrin pribadinya. Seorang pemimpin harus bersama anak buah. Sesuatu yang memang sudah dia buktikan selama terjun dalam berbagai palagan.
“Saya beranggapan, nilai politik psikologinya besar sekali. kalau pun saya ikut mati tertembak, tetap bisa membuktikan, pemerintah Indonesia tidak pernah menyerah dalam menghadapi tuntutan pembajak.”
Selasa 31 Maret 1981, dini hari, pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan, menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos. Kode untuk masuk diberikan, ketiga tim masuk, dengan Tim Hijau terlebih dahulu, mereka berpapasan dengan seorang teroris yang berjaga di pintu belakang.
Selasa 31 Maret 1981, dini hari, tepat pukul 02.45, serbuan dimulai. Menurut kesaksian penumpang, dalam kegelapan malam, semua pintu kabin pesawat segera terdengar didobrak dari luar. Sekejap kemudian bunyi tembakan riuh membangunkan seluruh isi pesawat.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 14
Para-Komando Kopassandha saat menyerbu pesawat GA Woyla, bernomer registrasi PK-GNJ dan bernomer penerbangan 206 yang tengah di sandera.
Dalam skenario awal, pasukan anti teror akan mendobrak pintu depan kiri. Disusul pendobrakan bersama, pintu darurat dan belakang. Setelah tahap ini selesai, seluruh pasukan serentak menyerbu ke kabin. Skenario tersebut tidak sepenuhnya terlaksana berurutan.
Pembantu Letnan Achmad Kirang dari arah pintu belakang sudah terlanjur masuk sebelum pintu depan didobrak. Pembajak yang berjaga di bagian belakang sempat terjaga dan langsung menembak. Akibatnya, Kirang tidak sempat menunduk ketika sebuah peluru menembus tubuhnya. Tepat kena perut, bagian yang tidak tertutup flak jacket.
Teroris tersebut menembak dan mengenai Achmad Kirang, salah seorang anggota Tim Hijau di bagian bawah perut yang tidak terlindungi. Teroris tersebut kemudian ditembak dan tewas di tempat.
Tim Biru dan Tim Merah masuk, menembak dua teroris lain, sementara penumpang menunduk. Para penumpang kemudian disuruh keluar. Seorang teroris dengan granat tangan tiba-tiba keluar dan mencoba melemparkannya tetapi gagal meledak. Lalu anggota tim menembak dan melukainya sebelum dia sempat keluar.
Strategi dan taktik penyerbuan ke pesawat Garuda Indonesia Airways (GA) Woyla bernomer registrasi PK-GNJ dan bernomer penerbangan 206 oleh pasukan Kopassandha.
Beginilah strategi dan taktik saat penyerbuan ke pesawat yang sedang  dibajak, Garuda Indonesia Airways (GA) “Woyla” bernomer registrasi PK-GNJ dan bernomer penerbangan 206 yang dilakukan oleh pasukan Kopassandha.
Teroris terakhir dinetralisir di luar pesawat. Imran bin Muhammad Zein selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.
Dalam pertempuran singkat di dalam pesawat tidak semua pembajak langsung tertembak mati. Sementara itu Achmad Kirang dan Captain Herman Rante justru luka parah kena peluru.
Tim medis kemudian datang untuk menyelamatkan pilot pesawat DC-9 Woyla, Kapten Herman Rante, yang ditembak salah satu teroris dalam serangan tersebut.
Hendrik Seisen, seorang penumpang berkewarganegaraan Belanda melukiskan:
“I woke up when I heard a lot of noise and what certainly looked like shooting. It seemed like in the time of two seconds the whole plane filled up with commandos..”
Seisen menambahkan:
“When the shooting started we ducked below the seats. I didn’t want to look. I was terrified”
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 13
Pesawat Garuda DC-9 Woyla setelah dikuasai Kopasandha.
Drama pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla tersebut berlangsung empat hari di Bandara Don Mueang Bangkok dan berakhir pada tanggal 31 Maret setelah serbuan kilat Grup-1 Para-Komando yang dipimpin Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan.
Dengan cepat semua sandera dibebaskan. Pesawat Woyla sepenuhnya sudah dikuasai Kopasandha.
Mimpi buruk yang dialami semua awak pesawat dan penumpang sejak Sabtu pagi, berakhir Selasa dini hari. Begitu Woyla sudah berhasil dikuasai, Benny menyambar mic kokpit.
“This is two zero six, could I speak to Yoga please?”
“Yes, Yoga here”
“Pak Yoga, Benny ini..” teriak Benny.
“Diancuk. Neng endi kowe..?” tanya Yoga sambil mengumpat.
“Dalam pesawat Pak”
“Jangan main-main kamu..”
“Saya memang dipesawat. Sudah selesai semua, beres..”
Kecuali anggota pasukan yang dia pimpin, Benny memang tidak menceritakan rincian rencana penyerangan pembajak yang dia rancang. Juga tidak kepada Yoga.
Kala itu, tiga pembajak tewas seketika ditangan pasukan penyerbu. Dua pembajak lain menderita luka parah. Tetapi yang paling melegakan seluruh penumpang tidak ada satu pun mengalami cedera berarti.
http://rakbukuonline.files.wordpress.com/2011/01/sintong.jpg?w=251&h=369
Buku “Perjalanan Seorang Prajurit PARA KOMANDO” oleh Letjen Sintong Panjaitan, terbitan Kompas. (lihat buku online atau download PDF)
Sementara Achmad Kirang meninggal tanggal 1 April dalam perawatan di RS Bhumibhol, Bangkok, begitu pula Captain Herman Rante, meninggal di Bangkok, enam hari setelah operasi penyergapan berlangsung.
Pilot pesawat Garuda, Kapten Herman Rante dan Achmad Kirang, salah satu anggota satuan Para-Komando Kopassandha, meninggal dalam baku tembak yang berlangsung selama operasi kilat pembebasan pesawat tersebut.
Kedua korban peristiwa terorisme ini kemudian dimakamkan di TMP Kalibata.
Operasi kontra terorisme ini dilakukan oleh Grup-1 Para-Komando dibawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan.
Hasil dari baktinya, ia beserta timnya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat, kecuali Achmad Kirang yang gugur di dalam operasi tersebut, dinaikkan pangkatnya dua tingkat secara anumerta.
Pasca Pembajakan
Selasa 31 Maret 1981, setelah subuh, pukul 05.00, pesawat DC-10 Sumatera meninggalkan Don Muang, membawa pulang pasukan khusus anti teror. Dua pembajak yang luka parah tidak sempat diselamatkan nyawanya oleh tim kesehatan Kopasandha. Sehingga kelima mayat pembajak, Machrizal, Zulfikar, Wendy M Zein, Abu Sofyan dan Imronsayah, langsung diterbangkan ke Jakarta pagi itu pula.
Dari udara, pemandangan kota Jakarta siang itu terasa elok. Sejak pagi masyarakat sudah dibangunkan dengan berita radio sekitar keberhasilan pasukan khusus anti teror menyergap pembajak Woyla.
Semua bangga, drama mencekam selama tiga hari akibat pembajakan telah berakhir, Pemerintah Indonesia terbukti tidak mau menyerah kepada pembajak. Kabar tersebut menjadikan warga Jakarta berbondong – bondong ke Bandara Halim Perdanakusuma.
Selasa 31 Maret 1981, pagi hari, pukul 08.00, lebih beberapa menit, roda-roda pesawat DC-10 Sumatera menyentuh landasan Halim Perdanakusuma. Benny dengan wajah serius tanpa senyum, menyelinap keluar dari pintu di ekor pesawat, tanpa memperhatikan sambutan ratusan penjemput.
Baju safari warna gelap yang dia pakai, sangat kontras dengan seragam loreng berbaret merah pasukan khusus antiteror yang keluar dari pintu depan.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 15
Para sandera akhirnya mendarat kembali di bandara Kemayoran Jakarta dan disambut oleh keluarga dan wartawan, setelah drama pembajakan GA Woyla yang terjadi selama empat hari berakhir.
Pagi harinya, koran The Asian Wall Street Journal menulis:
“It isn’t that Indonesians don’t deserve the same credit and honor that Israel and the West German commandos earned for similiar gallantry at Entebbe and Mogadishu. it is a pity because there is abroader point to be made”.
Tajuk rencana koran The Asian Wall Street Journal tersebut segera menambahkan, negara-negara dunia ketiga selalu dianggap tidak pernah memiliki disiplin dan tidak bisa bekerja dengan efisien. Demikian juga umumnya komentar terhadap penampilan tentara Indonesia.
“well it took a high order of soldiering to rescue a plane load of hostages without taking one innocent life”.
Lebih lanjut koran tersebut menunjukkan,
“From hijack to the last gun shot, the entire operation lasted about 60 hours. It required a high degree of organisation and planning. It also required courage, efficiency and discipline”.
Seorang anggota pasukan anti teror, TJP Purba ketika diwawancara koran The Bangkok Post mengatakan,
“Our principle is simple, silent, decisive and aggressive”
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 16
Pada koran lokal disebutkan bahwa otak pembajak pesawat GA Woyla, Imran bin Muhammad dijatuhi hukuman mati.
Imran bin Muhammad Zein selaku otak peristiwa pembajakan pesawat DC-9 ini kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tahun 1981.
Imran merupakan salah seorang yang terlibat dalam Peristiwa Cicendo bersama Maman Kusmayadi, Salman Hafidz, serta 11 orang lainnya.
Begitu pula dengan Maman dan Salman, yang  bernasib sama dengan Imran, dan dieksekusi hukuman mati.
Sebagai tambahan informasi, pasukan Kopasandha yang melakukan penyerbuan pesawat Woyla menjadi embrio terbentuknya unit anti-teror di Kopassus saat ini, yaitu SAT-81 Gultor.
(sumber: wikipedia/kutipan tentang pembajakan pesawat Woyla, satu-satunya pembajakan pesawat yang terjadi di Indonesia, yang dikutip dari buku biografi Benny Moerdani/berbagai sumber)
SAT 81 Gultor
SAT-81 Gultor, unit anti-teror Kopassus
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 18
Saat upacara pemakaman Kapten Pilot GA “Woyla” Herman Rante yang dihadiri oleh rekan-rekan dari krew Woyla. (Pict: ©1981 by Kompas)
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 17
Persis seperti inilah penampakan DC-9 Garuda Indonesia Airways “Woyla” bernomer penerbangan 206 dan beregistrasi PK-GNJ komplit dengan striping line dan livery Garuda yang juga sama pada masa lalu itu. Namun pesawat pada gambar diatas ini adalah PK-GNS, dan bukan Woyla PK-GNJ. (Pict: Gerard Helmer, via: Airliners.net)
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 21
Inilah data sejarah manifest dan spesifikasi asli dari DC-9 Garuda Indonesia “Woyla” bernomer registrasi PK-GNJ buatan tahun 1975. Pesawat itu kemudian dijual Garuda Indonesia lalu dibeli oleh maskapai Afrika Selatan, kemudian nomer registrasi diubah dari PK-GNJ menjadi ZS-TGR.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 19
Inilah PENAMPAKAN ASLI dari DC-9 Garuda Indonesia “Woyla” bernomer registrasi PK-GNJ yang pernah dibajak itu. Pesawat ini dijual Garuda Indonesia dan dibeli oleh maskapai Afrika Selatan pada tahun 1994, kemudian nomer registrasi diubah menjadi ZS-TGR. Pesawat ini telah pensiun terbang sejak tahun 2004. (Pict: ©2005 by Mo Herrmann, via: airport-data.com)
PK-GNJ-Garuda-Indonesia-Boeing-737-800_PlanespottersNet_485819
PK-GNJ pada masa kini. Nomer registrasi PK-GNJ “Woyla” dari jenis DC-9 yang pernah dibajak pada masa lalu itu, pada masa kini dipakai Garuda Indonesia dari jenis Boeing 737-800, dengan nomer registrasi yang sama seperti DC-9 “Woyla” yaitu: PK-GNJ. (Pict: ©by Fikri Izzudin Noor, via: Planespotters.net)

Lebih Dekat, ‘Cyber Forces’ Korea Utara Bisa Tembus 90% Pertahanan Internet Sejagad

Canggihnya 1.800 Hacker Korea Utara “Biro 121″ Bisa Lewati 90% Pertahanan Internet

spying tapping nsa electronics elektronik sadap header
Menurut seorang Komandan Pasukan Amerika yang ditugaskan di Korea, saat ini Korea Utara (Korut) telah meningkatkan kemampuan serangan cyber untuk menyerang Pasukan Amerika dan Korea Selatan.
“Korea Utara telah melatih hacker komputer dan mempekerjakan mereka untuk melakukan serangan cyber,” kata James Thurman, salah satu Jenderal Pasukan Amerika yang ditugaskan di Korea, saat menyampaikan laporan kepada parlemen di Washington. Korea Utara memang memiliki banyak hacker untuk merusak berbagai akses komputer.
“Korut bisa kapan saja menyerang Seoul ibukota Korsel dan memberikan efek kerusakan parah dan berbahaya, sebab penguasa di Pyongyang, Korut telah menyiapkan 60.000 pasukan terlatih untuk misi khusus yang memiliki kemampuan membobol jaringan komputer melalui internet,” kata Thurman.
Peretasan Sony Corporation pada Desember 2014
sony-hacked-againBadan penyelidik resmi Amerika telah melakukan investigasi mendalam terkait penyerangan cyber terhadap Sony Pictures atau lebih dikenal dengan sebutan “Sony hack” pada Desember 2014. Mereka mengaku telah menemukan bukti adanya keterlibatan Korea Utara dalam aksi peretasan tersebut.
Dilansir melalui New York Times, Kamis 18 Desember 2014 lalu, keamanan di Amerika melihat adanya jejak yang mengarah ke jaringan di Korea Utara.
Hal inilah yang dianggap sebagian orang sebagai alasan Sony membatalkan perilisan film ‘The Interview’. Sebelumnya Sony juga telah mengatakan tidak akan melempar film ‘The Interview’ ke pasar hiburan dunia. Sony mengaku sudah menghubungi jaringan bioskop ternama untuk menurunkan promo dan tayangan film tersebut.
‘The Interview’ sendiri merupakan sebuah film action comedy yang berkisah tentang dua jurnalis Amerika yang ditugaskan CIA untuk membunuh pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Film yang dibuat Sony Pictures Entertainment ini dianggap sebagai ancaman bagi Korea Utara. Dalam aksi peretasan itu, hacker juga meminta agar Sony membatalan penayangan film itu.
Dijelaskan NBC News, serangan cyber itu memang melibatkan Korea Utara, namun hal tersebut tidak dilakukan langsung dari negara itut. Tapi badan penyelidik resmi Amerika sangat yakin bahwa hacker Korut melakukan aksi itu berdasarkan perintah dari pihak resmi Korea Utara.
Sony hack Korea Utara korut Shutterstock
ABC News memberitakan Presiden Barack Obama memiliki perhatian khusus terhadap kasus ini. Namun begitu, kata dia, warga tidak perlu takut pergi ke bioskop hanya karena hal ini.
Amerika juga mempercayai adanya keterlibatan Biro 121 dibelakang aksi penyerangan ini. Biro 121 merupakan grup hacker resmi Korea Utara yang sangat hebat dan canggih.
“Serangan ini dilancarkan dengan melibatkan beberapa komputer yang telah terinfeksi virus, yang tersebar di beberapa lokasi diluar negerinya, termasuk komputer di Singapura, Thailand, Itali, Bolivia, Polandia dan Siprus,” ujar biro investigasi Amerika.
Temuan ini cukup mengejutkan. Pasalnya, sebelumnya, FBI mengatakan tidak ada sama sekali kontribusi dari Korea Utara dalam serangan ini. Aneh bukan? Ini sebagai bukti bahwa ‘rekam jejak’ saat pembobolan oleh hacker Korut tak mudah untuk ditemukan, bahkan oleh FBI, dan butuh waktu yang lama untuk menelitinya.
JangSeYul Korea
Jang Se Yul, pembelot Korea Utara yang kini di Korea Selatan.
Keberadaan unit-unit hacker Korut terungkap pula melalui keterangan para pembelot Korea Utara yang kini di Korea Selatan, salah satunya adalah Jang Se Yul.
Menurut Jang Se Yul, pria yang pernah mengikuti latihan prajurit cyber Korea Utara, Biro 121 beranggotakan 1.800 orang prajurit cyber yang digolongkan sebagai pasukan elit. Mereka adalah orang-orang berbakat yang telah dipilih dan dilatih sejak usia 17 tahun.
Selain dilatih, para peretas tersebut merupakan orang yang sangat dihargai di sana. Jang sendiri sempat merasakan berlatih bersama mereka di University of Automation, sebelum akhirnya membelot ke Korea Selatan enam tahun lalu.
“Teman saya (anggota Biro 121) yang berasal dari daerah terpencil bisa membawa seluruh keluarganya ke Pyongyang. Penghasilan seorang ahli cyber di Korea Utara sangat besar. Mereka adalah orang kaya di Pyongyang. Bagi mereka (Korea Utara), senjata terkuat adalah cyber. Di Korea Utara, ini (perang cyber) disebut sebagai perang rahasia,” ujar Jang pada Sabtu (20/12/2014) lalu.
Lebih Deket Dengan ‘Cyberunits’ , Tentara Cyber Korea Utara
Perlu anda ketahui juga, bahwa sistim pemerintahan Korea Utara terbagi dua, yaitu yang mengurusi pemerintahan adalah Partai Buruh Korea atau the Workers’ Party of Korea (WPK) sedangkan yang mengurusi pertahanan yaitu Komisi Pertahanan Nasional atau the National Defense Commission (NDC).
Salah satu kementerian dibawah Komisi Pertahanan Nasional bernama Kementerian Pertahanan Rakyat atau Ministry of People’s Armed Forces. Salah satu divisi dibawahnya bernama Biro Pengintai Umum atau Reconnaissance General Bureau (RGB),  yaitu departemen intelijen kelas atas yang dioperasikan oleh militer Korut.
RGB ini juga memiliki unit-unit khusus dibawahnya, salah satunya adalah tentara cyber Korea Utara atau biro operasi cyberoperations Korea Utara yang bernama Unit 121 atau Biro 121 atau Bureau 121 dan ada pula yang bernama Office 91.
Office 91 dianggap sebagai markas operasi hacker Korea Utara, meskipun sebagian besar hacker dan hacking dan infiltrasi ke sebuah jaringan dilakukan dari Unit 121. Unit itu memiliki akses satelitnya di luar negeri dan beberapa kantor pos diluar negaranya (outpost offices), terutama di kota-kota Cina yang dekat perbatasan Korea Utara.
Korea Utara korut 02
Cyber Warrior Korea Utara
Salah satu pos tersebut dilaporkan berada di Hotel Chilbosan di Shenyang, sebuah kota besar yang berada sekitar 150 mil dari perbatasan.
Operasi ketiga, yang disebut Lab 110, berpartisipasi dalam banyak pekerjaan yang sama.
Selain dibawah Komisi Pertanahan Nasional atau the National Defense Commission (NDC), ada juga beberapa cyberunits pemerintah Korut lain yang berada di bawah Partai Buruh Korea atau he Workers’ Party of Korea (WPK) seperti Unit 35, Unit 204 dan Office 225.
Unit 35 bertanggung jawab untuk melatih cyberagents dan mengetahui cara untuk menangani operasi cyberinvestigations domestik.
Unit 204 mengambil bagian dalam masalah spionase secara online dan perang psikologis.
Office 225 melatih agen untuk menjalankan misi di Korea Selatan yang kadang-kadang dapat memiliki komponen cyber lainnya.
Namun intelijen barat meyakini masih ada beberapa unit-unit cyber intelijen lainnya yang sangat rahasia dan belum diketahui dunia luar.
Pelatihan Cyber Unit Korea Utara
Sistem sekolah di Korut menekanan pentingnya matematika untuk siswa dari usia sangat muda. Yang terlihat paling berbakat akan diberikan akses ke komputer di mana mereka dapat mulai berlatih keterampilan pemrograman. Jika mereka cukup baik, maka mereka akan disekolahkan ke salah satu dari segelintir sekolah yang memiliki departemen spesialis bidang komputer.
Biasanya tempat pelatihannya berada di Kim Il Sung University, sebuah universitas paling bergengsi di negara itu. Selian disana, para calon hacker juga dilatih di Kim Chaek University of Technology atau di Mirim College. Namun untuk yang terakhir kurang banyak diketahui intelijen meskipun tempat itu diyakini sebagai sekolah spesialis cyberwarfare.
Kim Il Sung University Korea Utara
Students at Kim Il-sung University in Pyongyang. August 2010.
Para siswa belajar teknik pemrograman umum dan juga akan mengkhususkan diri dalam disiplin ilmu seperti cyberwarfare. Setelah lulus, mereka kadang-kadang juga dikirim ke luar negeri untuk belajar lebih lanjut.
Saat diluar negeri itulah, dengan koneksi internet yang terbuka dan anonimitas jaringan asing, mereka dapat mulai berpartisipasi dalam forum hacker di internet, mengembangkan perangkat lunak berbahaya (malicious software) dan sekaligus menguji keterampilan mereka.
Selama beberapa tahun terakhir, diperkirakan jumlah mereka yang sekolah telah berubah menjadi beberapa ribu siswa (perkiraan berkisar dari sekitar 2.000 menjadi sekitar 6.000), yang kini telah menjadi Tentara Cyber atau cyberforces Korea Utara.
Jaringan Internasional
Yang menjadi kesihan sekaligus menakjubkan adalah bahwa Korea Utara hanya memiliki satu koneksi ke Internet, sehingga serangan dari dalam negerinya akan sangat mudah untuk dilacak oleh dunia luar. Tapi akal manusia akan selalu mencari jalan keluar.
Karena itulah, maka hacker-hacker Korut dikirim menyebar di planet ini untuk dapat menggunakan komputer dimanapun di seluruh dunia untuk dapat tetap melancarkan serangannya yang mematikan terhadap server-server dimanapun berada dan tanpa ketahuan. Hebat ya.
Seringkali masuknya gangguan berupa hacking pada PC tidak diketahui oleh pemiliknya. Bahkan mereka tidak tahu komputernya telah terinfeksi oleh malware dari  hacker asal Korea Utara itu.
Beberapa cara serangan awalnya, hacker-hacker Korut saling membantu untuk membangun sebuah jaringan atau network mereka dimanapun mereka berada, maka komputer yang diperkirakan telah terinfeksi oleh mereka, akan disetir atau diambil-alih oleh beberapa kantor pos mereka yang berada di tempat-tempat diluar negaranya (outpost offices), seperti di China, Rusia dan India.
Korea Utara korut 04
Anak-anak sekolah dasar di Korea Utara sangat nasionalis. Yang pintar  matematika akan dibiayai disekolahkan untuk menjadi hacker kelas dunia..
Operasi dan Penyerangan
Ketika mencari data, info, atau rekam jejak dan chace, dari siapa sebenarnya pelaku serangan cyber kadang sangat sulit, namun sejumlah serangan dalam beberapa tahun terakhir telah dituduhkan kepada Korea Utara.
Beberapa diantaranya seperti peristiwa Sony hack atau peretasan Sony Corp. pada Desember 2014 yang dituduhkan ke Korut. Mereka telah mencuri data dan berhasil mengantongi keuntungan yang sangat tinggi dari nilai informasi dan data yang telah mereka curi.
Akan tetapi hal ini hanya mendapatkan sedikit perhatian dan tujuannya lebih untuk mendapatkan uang daripada menyebabkan gangguan. Tapi toh, hasilnya lumayan,ribuan data dan info sudah dikantongi mereka dari Sony.
Selain Sony hack, beberapa serangan cyberwarfare  yang dituduhkan barat pernah dilakukan Korut diantaranya:
Juli 2009 - Penyerang menargetkan situs pemerintah di AS dan Korea Selatan dalam skala besar berupa distributed denial of service attack (dDOS attack) yang mana serangan ini kemudian disalahkan pada pihak Korea Utara.
Maret 2011 - Melakukan serangan yang dijuluki 10 Days of Rain,” terhadap website utama pemerintah Korea Selatan dan situs yang dioperasikan oleh militer AS di Korea Selatan, ditargetkan dalam serangan dDOS attack.
April 2011 - Serangan terhadap Bank Nonghyup Korea Selatan ditargetkan dalam serangan dDOS yang kemudian ditelusuri ke Korea Utara dan terkait dengan serangan sebelumnya.
Agustus 2011 - Polisi Korea Selatan menuduh lingkaran hacker Korea Utara telah  mencuri sekitar US$ 6 juta dari transaksi penjualan sebuah game online.
November 2011 - Seorang hacker mencoba untuk cracking sistem email dari Korea University’s Graduate School of Information Security di Korea Selatan, yang pada akhirnya Korea Selatan menyalahkan kejadian ini kepada pihak Korea Utara.
Korea Utara korut 03
Sistem sekolah di Korut menekanan pentingnya matematika untuk siswa dari usia muda. Yang terlihat paling berbakat diberikan akses ke komputer di mana mereka dapat mulai berlatih keterampilan pemrograman. Jika mereka cukup baik, maka mereka akan disekolahkan ke salah satu dari segelintir sekolah yang memiliki departemen spesialis bidang komputer. (pict: Martyn Williams)
Juni 2012 - sebuah koran Korea Selatan yang konservatif, Joong Ang Ilbo terkena serangan cyber dan mereka berhasil menghancurkan database koran itu. Seminggu sebelumnya, Korea Utara telah mengancam koran itu atas liputan buruk mengenai negaranya.
Maret 2013 - Sebuah serangan cyber besar yang kemudian menyalahkan Korea Utara pada bulan ini, berhasil melumpuhkan jaringan beberapa TV utama Korea Selatan. Sebuah jaringan ATM bank juga terkena imbasnya dalam serangan tersebut dan menghapus data pada hard drive komputer.
Serangan kedua mengobrak-abrik server DNS situs dan web pemerintah Korsel yang mengakibatkan jaringannya terputus alias offline selama beberapa jam. Akibatnya pada sekitar waktu yang sama, koneksi Korea Utara dengan internet global langsung terputus selama 36 jam.
Maret 2013 - Menanggapi serangan pada bulan ini, kelompok hacker Anonymous menargetkan situs Korea Utara dan berhasil membobol sebuah portal berita besar Korea Utara, lalu hackers menampilkan nama berikut rincian akun dari ribuan pelanggan (subscribers) dan anggota dari webnya.
Korea Utara korut
Juni 2013 - Kini giliran hacker Korut yang menampilkan nama, nomor jaminan sosial dan informasi pribadi lainnya dari ribuan anggota pasukan bersenjata Amerika Serikat yang ditempatkan di Korea Selatan secara online.
Juni 2013 - Server DNS pemerintah Korea Selatan ditargetkan oleh serangan dDOS attack Korut. Kesamaan ditemukan dalam kode yang menghubungkannya dengan serangan pada bulan Maret sebelumnya.
Desember 2013 - Polisi Korea Selatan mengatakan bahwa agen Korea Utara berada di balik serangan  spear-fishing attack atau tombak pancing” di komputer seorang pembelot terkemuka.
November 2014 - Agen mata-mata atau spy agency dari Korea Selatan mengatakan bahwa hacker Korea Utara telah menanam malware atau virus berbahaya pada sekitar 20.000 smartphone.
Desember 2014 – Data dari perusahaan Sony Coorporation diretas, dan FBI menuduh secara sepihak bahwa Korea Utara adalah pelakunya. Semua ini karena masalah film The Interview yang menceritakan ingin dibunuhnya Presiden Korea Utara itu. Akibatnya film yang rencananya akan diputar saat menjelang Natal 2014  itu, ditarik kembali dan tidak diris. Namun Korea Utara menolak tuduhan bahwa pihaknya yang melakukannya.
Mereka berhasil mencuri data dan mengantongi keuntungan yang sangat tinggi, bahkan desain smartphone Sony Xperia dari jenis yang belum dirilis juga ikut terambil. Inilah yang membuat banyak orang menduga bahwa hal ini bertujuannya untuk mendapatkan teknologi, informasi dan uang daripada menyebabkan gangguan.
Canggihnyan Malware Peretas Sony Corp. besutan Korea Utara
big brother selular
Illustrasi rekam jejak hasil hacking
Peretasan yang menimpa studio film Hollywood Sony Pictures difasilitasi oleh program jahat alias malware canggih.
Saking canggihnya, pihak Federal Bureau of Investigation (FBI) yang menyelidiki kasus tersebut mengatakan bahwa malware tersebut bisa membobol sebagian besar sistem keamanan komputer yang ada saat ini.
Malware yang dipakai mungkin bisa melewati 90 persen pertahanan internet dunia yang dipakai oleh sektor swasta saat ini, bahkan mungkin juga menyusup ke sistem pemerintah,” ujar Asisten Direktur Divisi Cyber FBI, Joseph Demarest, Sabtu (13/12/2014).
Demarest menambahkan bahwa malware yang dipakai untuk meretas Sony Pictures dibuat dengan teknik tinggi, serta didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki niatan “serius” untuk menyerang.
“Berdasarkan upaya investigasi sejauh ini, kami bisa mengatakan bahwa mereka (para peretas Sony Pictures) sangat terorganisir dan gigih,” katanya lagi.
Pernyataan Demarest senada dengan Kevin Mandia, kepala firma keamanan Mandiant yang disewa Sony untuk ikut menyelidiki penyerangan yang menimpanya.
Mandiant berujar bahwa serangan yang dilakukan “dengan strategi yang tidak biasa” dan “tidak mungkin diantisipasi oleh Sony Pictures”. Peretas Sony Pictures berhasil mencuri sejumlah besar data dengan ukuran total melebihi 100 GB dari sistem internal Sony.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/2/27/The_Interview_2014_poster.jpg
Poster film The Interview dari Sony Pictures.
Data yang dicuri termasuk informasi-informasi sensitif, seperti film yang belum dirilis, serta data pribadi milik puluhan ribu karyawan Sony Pictures, bahkan desain smartphone Sony Xperia dari jenis yang belum dirilis.
Tuduhan secara sepihak menurut versi FBI dan AS, dalang di balik serangan ini diduga adalah negara Korea Utara yang mengecam film The Interview dari Sony Pictures.
The Interview adalah sebuah film komedi aksi politik Amerika 2014 yang disutradarai oleh Evan Goldberg dan Seth Rogen, dan ditulis oleh Dan Sterling.
Film tersebut dibintangi oleh Rogen dan James Franco sebagai jurnalis yang diinstruksikan untuk membunuh pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (diperankan oleh Randall Park) setelah sukses membukukan sebuah wawancara dengannya.
Alur ceritanya secara singkat: Seorang jurnalis selebriti dan produsernya (Franco dan Rogen) mengadakan sebuah wawancara dengan Kim Jong-un (Park) dan diinstruksikan oleh CIA untuk membunuhnya.
Meski menolak disebut sebagai dalang peretasan, pemerintah AS secara resmi sudah mengumumkan Korea Utara sebagai pelakunya. Tapi, Korea Utara menolak disebut sebagai dalang peretasan Sony Pictures Entertainment (SPE) yang terjadi pada Desember 2014 lalu itu. Hingga kini masih belum jelas betul siapa yang bertanggung jawab atas insiden peretasan Sony Pictures.
(sumber: pcworld.com , Martyn Williams Senior U.S. Correspondent, IDG News/ ABC News/ Bloomberg/ New York Times/ Kompas.com/ DailyMail/ ArsTechnica)

TOP SECRET: “Operasi Alpha” Sangat Rahasia Era Rezim Orde Baru, Terkuak!

Top Secret Terkuak!
“Operasi Alpha” Saat Rezim Orde Baru

“Operasi Alpha” (Alpha Operation), TNI-AU Melakukan Pembelian 32 Pesawat A4 Skyhawk Secara Rahasia Dari Israel.
Alpha operation Indonesian Air forces A-4_TNI-AU header
“Mengecewakan! Rencana terbang yang susah payah sudah kususun rapi, langsung dibatalkan pagi-pagi. Aku mendapat perintah untuk menghadap komandan skadron. Yang terpikir, aku tidak lulus latihan terbang di Israel dan pulang ke Indonesia sebagai pilot pesakitan.
Semua bayangan buruk musnah sudah. Aku ternyata menerima perintah baru untuk terbang dalam format sama, tetapi berbeda rute. Sebuah peta disodorkan lengkap dengan titik-titik rute.
Ada sebuah garis merah yang wajib diterobos masuk dan dalam waktu dua belas menit harus kembali ke luar. Yang membuatku gugup, garis merah itu adalah garis perbatasan antara Israel dan Suriah”.
Cerita diatas adalah sepenggal kisah dari seorang pilot yang tergabung dalam Operasi Alpha (Operation Alpha), yaitu operasi clandestine (operasi gelap, diam-diam dan sangat rahasia) terbesar yang dilakukan oleh TNI AU, dimana TNI AU melatih pilot dan melakukan pembelian 32 pesawat A-4 Skyhawk dari Israel.
Berikut adalah kutipan tentang Operasi Alpha yang diambil dari buku otobiografi Djoko F Poerwoko “Menari di Angkasa”.
Operasi Alpha
Memasuki tahun 1979, isu tentang bakal dilakukannya pergantian kekuatan pesawat-pesawat tempur TNI AU sudah mulai bergulir. Hal ini sebenarnya wajar saja, mengingat kondisi pesawat tempur F-86 Sabre dan T-33 Thunderbird memang sudah tua.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8f/TNIAU_F86.png/800px-TNIAU_F86.png http://i186.photobucket.com/albums/x157/imbang76/langit/t-33-04.jpg
Keterangan gambar atas (klik untuk memperbesar): pesawat tempur milik TNI AU yang sudah tua, F-86 Sabre (kiri) dan T-33 Thunderbird (kanan).
Karena kedua jenis pesawat tersebut sudah tua, sehingga kemudian pemerintah harus mencari negara produsen yang bisa menjual pesawatnya dengan segera. Amerika Serikat ternyata bisa memberikan 16 pesawat F-5 E/F Tiger II. Tetapi ini masih belum cukup untuk mengisi kekosongan skadron-skadron tempur Indonesia.
Dari penggalian intelijen, Mabes ABRI ternyata kemudian mendapatkan berita bahwa Israel bermaksud akan melepaskan armada A-4 yang mereka miliki. Indonesia dan Israel memang tidak memiliki hubungan diplomatik.
Tetapi pada sisi lain, pembelian armada pesawat tersebut akhirnya terus diupayakan secara klandestin (rahasia), oleh karena pasti akan menjadi polemik dalam masyarakat apabila tersiar di media massa.
Menuju Arizona, Amerika Serikat
Usai tugas menerbangkan F-86 Sabre aku sempat terbang lagi dengan T-33. Namun pada kenyataannya, kondisi kedua pesawat tempur tersebut sudah sangat jauh menurun. Kami semua akhirnya bersyukur, setelah dibuka dua proyek besar untuk mendatangkan kekuatan baru melalui Operasi Komodo yakni pesawat Northrop F-5 E/F Tiger II, serta Operasi Alpha untuk menghadirkan pesawat A-4 Skyhawk.
pesawat A4 Skyhawk dan F5 Tiger
Kerahasiaan tingkat tinggi sudah terlihat dari tata cara pemberangkatan personel. Saat kami semua sudah siap untuk berangkat, tidak seorang pun tahu, kemana mereka harus pergi.
Operasi Alpha dimulai dengan memberangkatkan para teknisi Skadron Udara 11. Setelah tujuh gelombang teknisi, maka berangkatlah rombongan terakhir yang terdiri dari sepuluh penerbang untuk belajar mengoperasikan pesawat.
Sebagai tim terakhir, kami mendapat pembekalan secara langsung di Mabes TNI AU. Awalnya hanya mengetahui bahwa para penerbang akan berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar terbang disana sedangkan informasi lainnya masih sangat kabur.
Setelah mengurus segala macam surat-surat dan beragam kelengkapan berbau “Amerika”, akhirnya kami berangkat menuju Singapura, dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia dari Bandara Halim Perdanakusuma.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7a/Ew8_Paya_Lebar.jpg/320px-Ew8_Paya_Lebar.jpg
Bandara Paya Lebar Singapura
Kami mendarat pada senja hari di Bandara Paya Lebar, Singapura, langsung diantar menuju hotel Shangrila.
Di hotel tersebut ternyata telah menunggu beberapa petugas intel dari Mabes ABRI, berikut sejumlah orang yang masih asing dan sama sekali tidak saling dikenalkan.
Kami akhirnya mulai menemukan jawaban bahwa arah sebenarnya tujuan kami bukanlah ke Amerika Serikat melainkan ke Israel. Sebuah negara yang belum terbayangkan keadaannya dan mungkin paling dibenci oleh masyarakat Indonesia.
Saat itu salah satu perwira BIA (Badan Intelijen ABRI, BAIS sekarang) yang telah menunggu, segera mengambil semua paspor yang kami miliki dan mereka ganti dengan Surat Perintah Laksana Paspor (SPLP). Keterkejutanku semakin bertambah dengan kehadiran Mayjen Benny Moerdani, waktu itu kepala BIA, mengajak rombongan kami makan malam.
Dalam kesempatan tersebut beliau dengan wajah dingin dan kalimat lugas, tanpa basa-basi langsung saja mengatakan:
”Misi ini adalah misi rahasia, maka yang merasa ragu-ragu, silahkan kembali sekarang juga. Kalau misi ini gagal, negara tidak akan pernah mengakui kewarganegaraan kalian. Namun, kami tetap akan mengusahakan kalian semua bisa kembali dengan jalan lain. Misi ini hanya akan dianggap berhasil, apabila ‘sang merpati ‘ (pesawat yang dibeli – pen.) telah hinggap…”
Mendengar ucapan beliau, perasaanku langsung bergetar! Wah, ini sudah menyangkut operasi rahasia beneran mirip James Bond, bahkan sekalanya lebih besar!
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9d/Leonardus_Benyamin_Moerdani.jpg
Leonardus Benyamin Moerdani (wikipedia)
Bagaimana mungkin membawa satu armada pesawat tempur masuk ke Indonesia tanpa diketahui orang?
Rasa terkejut semakin besar, oleh karena kami bersepuluh kemudian langsung berganti identitas yang mesti kuhapal diluar kepala saat itu juga.
Setelah acara makan malam di hotel, kami harus segera bergegas kembali menuju Bandara Paya Lebar Singapura dan terbang menuju Frankfurt dengan menggunakan Boeing 747 Lufthansa.
Mulai sekarang, kami tidak boleh bertegur sapa, duduk saling terpisah, namun masih dalam batas jarak pandang.
Begitu mendarat di Bandara Frankfurt, kami harus berganti pesawat lagi untuk menuju Bandara Ben Gurion di Tel Aviv, Israel. Perjalanan semakin aneh, baru saja berdiri bengong karena masih jet lag, tiba-tiba seseorang langsung menyodorkan boarding pass untuk penerbangan berikutnya tersebut, yaitu ke Tel Aviv.
Sampai di Bandara Ben Gurion Tel Aviv sesudah terbang sekitar empat jam, aku pun turun bersama para penumpang lain dan teman-temanku. Saling pandang dan cuma melirik saja, harus kemana jalan, cuma mengikuti arus penumpang lain yang menuju pintu keluar.
Tetapi tanpa terduga, sebagai bagian dari operasi intelijen, kami malah mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Karena kami langsung ditangkap dan digiring petugas keamanan bandara Ben Gurion!
Hanya bisa pasrah, oleh karena memang tidak tahu skenario apalagi yang harus dijalankan, yang ada hanya manut saja dengan hati berdebar.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/89/David_Ben-Gurion_Airport.JPG/320px-David_Ben-Gurion_Airport.JPG
Bandara Ben Gurion Tel Aviv, Israel
Tamatlah riwayatku kini. Kubayangkan, betapa hebatnya agen rahasia Mossad yang dapat dengan cepat mengendus penumpang gelap tanpa paspor yang berusaha menyelundup masuk ke negaranya.
Meski dengan sopan si Mossad memperlakukan kita, namun tetap saja kami berpikiran buruk.
Kami semua akan langsung dideportasi atau dihukum mati minimal dipenjara seumur hidup. Sebab tidak ada bukti, siapa yang memberi perintah datang ke Israel.
Sampai diruang bawah tanah, perasaan kami tenang setelah melihat para perwira BIA yang dilibatkan dalam Operasi Alpha ada disana. Kemudian baru aku tahu, kami memang sengaja di-skenario-kan untuk ditangkap dan justru bisa lewat ‘jalur khusus’ guna menghindari public show apabila harus ke luar lewat jalur umum.
Kami langsung menerima brifing singkat mengenai berbagai hal yang harus diperhatikan selama berada di Israel. Yang tidak enak adalah kegiatan sesudahnya yaitu sweeping segala macam barang bawaan yang berlabel made in Indonesia.
Kami juga diajarkan untuk menghapal sejumlah kalimat bahasa Ibrani, “Ani tayas mis Singapore” yang artinya aku penerbang dari Singapura. Ada sapaan “boken tof ” berarti selamat pagi dan shallom sebagai sapaan saat bertemu dengan kawan.
Eliat, Pangkalan Udara Rahasia
Semalam tidur di hotel, kami kemudian diangkut dalam satu mobil van menuju arah selatan menyusuri Laut Mati. Setelah dua hari perjalanan, kami sampai dikota Eliat.
eilat_israel mapPerjalanan dilanjutkan kembali ditengah padang pasir, setelah melewati beberapa pos jaga, akhirnya van masuk ke sebuah pangkalan tempur besar diwilayah barat kota Eliat.
Di Israel, pangkalan tidak pernah memiliki nama pasti. Nama pangkalan hanya berupa angka dan bisa berubah.
Bisa saja nama pangkalan itu adalah base number nine dihari tertentu, namun esoknya bisa diganti dengan angka lain. Sesuai kesepakatan bersama, kami menyebut tempat ini dengan ‘Arizona’ oleh karena dalam skenario awal kami memang disebutkan akan berlatih terbang di Amerika.
Total waktu rencana pelatihan selama empat bulan. Selama itu para penerbang melaksanan kegiatan pelatihan, dari ground school hingga bina terbang, agar mampu mengendalikan pesawat A-4 Skyhawk. Latihan terbang diawali dengan general flying sebanyak dua jam, ditemani instruktur Israel.
Setelah itu, kami semua sudah boleh terbang solo. Latihan kemudian dilanjutkan dengan pelajaran yang lebih tinggi tingkat kesulitannya. Kali ini kami harus mampu mengoperasikan pesawat A-4 sebagai alat perang.
Selama di Eliat, walau terjadi berbagai macam masalah, namun tidak sampai mengganggu kelancaran latihan. Masalah utama tentunya bahasa, sebab tidak semua penerbang Israeli Air Force (IAF) bisa berbahasa Inggris, sedangkan kami tidak diajari berbahasa Ibrani secara detail.
Masalah lain adalah telalu ketatnya pengawasan yang diberlakukan kepada para penerbang. Bahkan kami semua selalu dikawani satu flight pesawat tempur selama berlatih.
http://www.aereo.jor.br/wp-content/uploads//2012/11/AIR_A-4N_Skyhawks_Israeli_lg.jpg
A-4 Skyhawk, Israeli Air Force (IAF) sedang bermanufer (aereo.jor.br)
Pelajaran terbang yang efektif. Misalnya terbang formasi tidak perlu jam khusus tetapi digabung latihan lain seperti saat terbang navigasi atau air to air, sehingga dengan jam yang hanya diberikan sebanyak 20 jam/20 sorti, kami semua dapat mengoperasikan A-4 sebagai alutsista.
Dalam siklus ini pula, aku pernah menembus sistem radar Suriah dengan instruktur ku!
Latihan terbang kami berakhir tanggal 20 Mei 1980 dengan dihadiri oleh beberapa pejabat militer Indonesia yang semuanya hadir dengan berpakaian sipil. Kami mendapat brevet penerbang tempur A-4 Skyhawk dari IAF. Rasanya bangga, oleh karena kami dididik penerbang paling jago di dunia.
Namun kegembiraaan selesai pendidikan segera berubah sedih, oleh karena brevet dan ijazah langsung dibakar didepan mata kami oleh para perwira BIA yang bertindak sebagai perwira penghubung.
Kami dikumpulkan di depan mess dan barang-barang kami disita lalu segera dibakar. Termasuk brevet, peta navigasi, catatan pelajaran selama dipangkalan ini. Mereka hanya berpesan, tidak ada bekas atau bukti kalau kalian pernah kesini. Maka hapalkan saja dikepala semua pelajaran yang pernah diperoleh!
Wing Day di Amerika
Selesai pendidikan di Israel, kami tidak langsung pulang ke Indonesia, namun diterbangkan dulu ke New York. Semalam di New York, kemudian diajak ke Buffalo Hill di dekat air terjun Niagara.
http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/01/c8/f6/ca/1-block-to-the-falls.jpg
Air terjun Niagara Falls (tripadvisor.com)
Ternyata kami sengaja dikirim kesana untuk bisa melupakan kenangan tentang Israel. Kami diberi uang saku yang cukup banyak menurut hitungan seorang Letnan Satu.
Aku juga dibelikan kamera merek Olympus F-1 lengkap dengan filmnya dan diwajibkan mengambil foto-foto dan mengirim surat atau kartu pos ke Indonesia untuk menguatkan alibi, bahwa kami semua benar-benar menjalani pendidikan terbang di AS.
Akhirnya selama ada objek yang menunjukkan tanda medan atau bau AS, pasti langsung dipakai sebagai background foto. Tidak terkecuali pintu gerbang hotel, nama toko bahkan sampai tong sampah bila ada tulisan United State of America pasti dijadikan sasaran foto.
Aku dibawa lagi ke New York, para penerbang kemudian diberikan program tur keliling AS selama dua minggu, mencoba tidur di sepuluh hotel yang berbeda dan mencoba semua sarana transportasi dari pesawat terbang hingga kapal, wow!
http://www.airshowactionphotography.com/yuma06/yuma06_084.jpg
Yuma Air Station – Northrop F-5E ‘Tiger’ VMFT-401 USMC MCAS Yuma, Arizona USA (airshowactionphotography.com)
Di Yuma, Arizona, kami telah diskenariokan masuk latihan di pangkalan US Marine Corps (USMC), Yuma Air Station. Tiga hari dipangkalan tersebut, kami dibekali dengan pengetahuan penerbangan A-4 USMC, area latihan dan mengenal instrukturnya.
Kami juga wajib berfoto, seakan-akan baru diwisuda sebagai penerbang A-4, sekaligus menerima ijasah versi USMC. Ini sebagai penguat kamuflase intelijen, bahwa kami memang dididik di AS. Salah satu foto wajib adalah berfoto di depan pesawat-pesawat A-4 Skyhawk USMC!
Sebelum pulang ke tanah air, aku juga mendapat perintah untuk menghapalkan hasil-hasil pertandingan bulu tangkis All England. Tambahannya, aku juga diharapkan menghapal beberapa peristiwa penting yang terjadi di dunia, selama aku diisolasi di Israel. Pelajaran mengenai situasi dunia luar tersebut terus diberikan, meskipun kami sudah berada di perut pesawat Branif Airways dengan tujuan Singapura.
rute perjalanan operasi alpha
Sang Merpati Hinggap
Tanggal 4 Mei 1980, persis sehari sebelum pesawat C-5 Galaxy USAF mendarat di Lanud Iswahyudi Madiun yang mengangkut F-5 E/F Tiger II dan paket A-4 Skyhawk gelombang pertama, terdiri dua pesawat single seater dan dua double seater tiba di Tanjung Priok.
Pesawat-pesawat tersebut diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel, dibalut memakai plastik pembungkus, cocoon berlabel F-5. Dengan demikian, seakan-akan menjadi satu paket proyek kiriman pesawat terbang, namun diangkut dengan media transportasi berbeda.
TNIAU_f5 Tiger 01
Nantinya ketika sudah kembali lagi di Madiun, kepada atasan pun kukatakan bahwa pelatihan A-4 adalah di Amerika. Sebagai bukti kuperlihatkan setumpuk fotoku selama berada di Amerika. Ingin melihat foto New York, aku punya. Mau melihat foto Akademe AU di Colorado, aku punya.
Karena percaya, atasanku di Wing-300 malah sempat berkata, “Saya kira tadinya kamu belajar A-4 di Israel, enggak tahunya malah di Amerika. Kalau begitu isu tersebut enggak benar ya?”
Last but not least, gelombang demi gelombang pesawat A-4 akhirnya datang ke Indonesia setiap lima minggu, lalu semuanya lengkap sekitar bulan September 1980.
TNIAU_A4 Skyhawk 01
Berprestasi Tapi Harus Menutup Diri
Saat F-5 datang ke Indonesia, ternyata masih belum dilengkapi dengan persenjataan. Sedangkan A-4 justru sudah dipersenjatai dan langsung bisa digunakan dalam tugas-tugas operasional. Sehingga apa saja kegiatan TNI AU baik operasi maupun latihan selalu identik dengan F-5, walau kadang-kadang yang melakukannya adalah pesawat A-4.
A-4 tetaplah A-4 dan samasekali bukan F-5. Kondisi serba rahasia bagi armada A-4 bertahan sampai perayaan HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1980, dimana fly pass pesawat tempur ikut mewarnai acara tersebut.
Pesawat A-4 tampil bersama-sama F-5 dimana untuk pertama kalinya pesawat A-4 dipublikasikan dalam event besar. Setelah ini, sedikit demi demi sedikit mulailah keberadaan A-4 dibuka secara jelas. Tidak ada lagi tabir yang sengaja dipakai untuk menutupi keberadaan pesawat A-4 di mata rakyat Indonesia.
f-5 tiger tni au
Mencari detail tentang Operasi Alpha susahnya minta ampun, karena tidak ada penerbang yang berangkat ke Israel selain Djoko Poerwoko yang mau menceritakan pengalamannya. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk beliau yang mau menceritakan pengalamannya didalam 3 buku, walaupun mencari buku tersebut juga susahnya bukan main.
Buku “My Home My Base” hanya untuk kalangan internal TNI AU, Buku “Fit Via Vi” yang merupakan otobiografi dari beliau juga masih merupakan cetakan untuk kalangan terbatas.
Buku “Menari di Angkasa” adalah buku “Fit Via Vi” yang dicetak untuk umum, walaupun begitu tetep aja susah nyarinya (saya merasa beruntung memilikinya). Bahkan dibuku otobiografinya Benny Moerdani tidak dibahas sama sekali.
Terimakasih juga untuk Metro TV yang beberapa bulan lalu juga menayangkan tentang Operasi Alpha dalam acara Special Operation (di liputan tersebut ada wawancara dengan Djoko Poerwoko dan satu orang pilot lagi, tapi lupa namanya).
sky-hawk tni au
Kontroversi tentang pengungkapan pembelian A-4 dari Israel ke publik juga diungkap oleh beliau dibukunya, beliau menulis:
“Saat buku ‘My Home My Base’ diluncurkan, ada polemik yang menyisakan kenangan, yaitu cerita tentang keterlibatan ke Israel untuk mengambil A-4 Skyhawk. Banyak orang mempertanyakan, mengapa aku mengumbar rahasia negara. Dengan singkat hanya kujawab, “Siap, saya sudah minta ijin KASAU dan beliau mengijinkan, karena kita sebagai prajurit tidak boleh selamanya membohongi rakyat. Maka mereka yang bertanya pun tidak lagi berkomentar.
Memang, didalam buku “My Home My Base” kutulis sedikit tentang perjalanan ke Israel untuk berlatih terbang A-4. Bukan untuk mencari sensasi, aku sudah menimbangnya masak-masak untung dan ruginya.
pilotNamun sebelumnya, tentu saja aku minta ijin KASAU sebagai salah satu senior A-4 dan pemimpin tertinggi Angkatan Udara.
Beliau (pak Hanafie) ternyata mengizinkan, sehingga tulisan itu go ahead.”
Untuk generasi sekarang, mungkin banyak yang masih bingung, mengapa dan apa istimewanya operasi ini.
Mungkin mereka tak merasakan bahwa Indonesia tak ada hubungan bilateral dengan Israel sejak awal merdeka, apalagi hubungn diplomatik ataupun hubungan politik, tak pernah terjadi.
Sebagai informasi tambahan, hingga saat ini bahkan setelah A-4 di grounded pada tahun 2004, Mabes TNI AU tidak pernah mengakui operasi alpha pernah terjadi!
(Sumber : Poerwoko, Djoko F / Menari di Angkasa / Kata Hasta Pustaka / Jakarta. 2007)
TNIAU_Sabre
Pilot tempur AURI berpose bersama dengan latar belakang pesawat tempur F-86 Sabre