Hampir semua pemimpin dunia mempunyai
pesawat khusus yang digunakan untuk suatu kunjungan ke negara lain atau
wilayah yang jauh dari ibukota negara.
Hal yang sama juga terjadi dengan
Presiden Republik Indonesia (RI). Sejak Soekarno hingga Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), selalu siap pesawat khusus yang mengangkut sang
presiden untuk kunjungan kenegaraan.
Pesawat Kepresidenan RI dari Soekarno Hingga SBY
Seperti dikutip dari berbagai sumber, berikut ini pesawat-pesawat yang digunakan RI-1 :
I. Presiden Soekarno (1945-1967)
Pada era presiden Sukarno, pesawat kepresidenan yang pernah dipakai berjumlah kurang lebih sebanyak enam buah.
Beberapa diantara pesawat tersebut adalah
pemberian atau hadiah presiden lainnya, seperti presiden Amerika
Serikat john F Kennedy dan Presiden Russia, Nikita C.
1. DC-3 Dakota
Proklamator
Kemerdekaan Indonesia ini menggunakan DC-3 Dakota sebagai pesawat
kepresidenannya. Pesawat ini adalah sumbangan masyarakat Aceh yang
mengumpulkan 20 kilogram emas untuk membeli Dakota yang selanjutnya
digunakan untuk berbagai keperluan seperti membantu perjuangan bangsa
termasuk digunakan Soekarno sebagai presiden untuk menjalankan diplomasi
luar negerinya.
2. DC-8 PanAm
Ini adalah pesawat yang
disewa Pemerintah RI dari Pan American World Airways (PanAm) Amerika
Serikat (AS) untuk keperluan pejalanan Presiden Soekarno. Uniknya,
pesawat ini digunakan Soekarno dalam lawatan ke Moskow, Uni Soviet saat
hubungan AS dan negara komunis itu sedang tegang-tegangnya saat Perang
Dingin berlangsung.
3. Boeing 707 PanAm
Pesawat ini disewa
Pemerintah RI dari PanAm pada saat kunjungan Presiden Soekarno melawat
ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden AS John F. Kennedy
tahun 1961. Pesawat disewa lengkap dengan pilot dan pramugari dari
PanAm.
4. Lockheed C-140 Jetstar
Sekembali Presiden
Soekarno dari AS, pemerintah negara tersebut menghadiahi Indonesia
dengan pesawat Lockheed C-140 Jetstar yang diberi nama Saptamarga,
Irian, dan Pancasila. Soekarno mempunyai tiga pesawat C-140 Jetstar unuk
menopang lawatan ke luar negeri maupun dalam negeri. Ketiga pesawat itu
dinamai “Sapta Marga”, “Irian” dan “Pancasila”. Salah satu pesawat ini
sempat dijadikan sebagai pesawat kepresidenan yang stand by di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengevakuasi presiden manakala bila terjadi ancaman.
5. Ilyushin Il-18
Tidak mau kalah dengan
AS, Presiden Uni Soviet Nikita Kruschev menghadiahi dua unit pesawat
Ilyushin Il-18 untuk Presiden Soekarno. Pesawat ini kemudian menjadi
salah satu pesawat kepresidenan RI dan diberi nama “Dolok Martimbang”.
Pesawat bermesin propeller ini digunakan Presiden Soekarno untuk
melakukan kunjungan di dalam negeri dan ke kawasan regional Asia
Tenggara.
6. Convair 990 Garuda Indonesia Airways
Tahun 1963 Garuda
Indonesia Airways membeli Convair 990 dan sempat dijadikan pesawat
kepresidenan RI. Presiden Soekarno menggunakan pesawat ini dalam
kunjungan ke beberapa negara seperti Jepang, Korea Utara, dan Aljazair.
II. Presiden Soeharto (1967-1998)
Pada era presiden Suharto, pesawat kepresidenan yang pernah dipakai berjumlah kurang lebih sebanyak lima buah.
Beberapa diantara pesawat tersebut adalah
sewaan dari maskapai penerbangan nasional, yaitu Garuda Indonesia dan
Pelita Air Service.
Selain pesawat, presiden Siharto juga menggunakan beberapa helikopter sebagai kendaraan kepresidenan.
1. C-130 Hercules TNI AU
Di awal
pemerintahannnya di tahun 1967, Presiden Soeharto menggunakan C-130
Hercules untuk berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia. Memang
Hercules untuk keperluan Presiden ini tidak sama dengan Hercules biasa.
Kabinnya dibuat nyaman untuk mengangkut VVIP.
2. DC-8 Garuda Indonesia Airways
Presiden Soeharto juga
sempat menggunakan pesawat yang disewa Pemerintah RI dari maskapai
Garuda Indonesia jenis DC-8 ini untuk berkunjung ke luar negeri di masa
awal pemerintahannya.
3. Avro RJ-185 dan Fokker 28 Pelita Air Service.
Presiden Soeharto kerap menggunakan 2 pesawat yang disewa dari anak
perusahaan Pertamina ini untuk kunjungan di dalam negeri sampai era 80an
dan 90an awal. Avro RJ-185 kelak masih dipakai 3 presiden setelah
Soeharto yaitu Habibie, Gus Dur dan Megawati untuk perjalanan di dalam
negeri.
4. Super Puma
Selain 3 pesawat diatas, Soeharto juga pernah memakai helikopter SA-330 Puma, atau SA 332 Super Puma TNI AU.
4. DC-10 Garuda Indonesia
Di era 80an, Presiden
Soeharto menggunakan pesawat DC-10 yang disewa pemerintah dari Garuda
Indonesia. Pesawat bermesin tiga buatan McDonell Douglas, AS ini sering
menjadi trademark Soeharto kala berkunjung ke luar negeri.
5. MD-11 Garuda Indonesia
Memasuki era 90an,
Garuda Indonesia mengganti armada DC-10 nya dengan MD-11. Masih model
mesin 3 seperti halnya DC-10 namun dengan mesin yang lebih kuat dan
adanya winglet di ujung-ujung sayapnya.
Tampaknya Presiden
Soeharto atau pemerintah saat itu menyukai pesawat model 3 mesin untuk
fasilitas presiden. Soeharto menggunakan pesawat ini di perjalanan
terakhirnya ke Mesir beberapa saat sebelum lengser dari jabatan
kepresidenan.
III. Presiden BJ. Habibie (1998-1999)
Pada
era presiden BJ. Habibie, pesawat kepresidenan yang pernah dipakai
hanya satu kali saja, saat ada pertemuan ASEAN di Myanmar, mengingat BJ.
Habibie hanya sebentar sebagai presiden, menggantikan presiden Suharto
setelah mundur akibat gerakan Reformasi.
Namun sebenarnya jumlah pesawat
kepresidenan yang bisa dipakai tetap sama, ada lebih dari satu buah dan
masih sama seperti saat presiden Suharto berkuasa, walau itu pun hanya
sewaan dari maskapai nasional atau pun swasta.
1. Avro RJ-185 Pelita Air Service
Presiden Habibie hanya
sebentar menjabat presiden dan tercatat tak pernah memakai pesawat
kepresidenan, dikarenakan tak pernah melakukan kunjungan keluar negeri.
Namun ia menggunakan pesawat milik Pelita yang pernah digunakan Soeharto
saat jadi presiden. Dan menurut catatan, saat menghadiri KTT ASEAN di
Singapura, Habibie berangkat pagi dan pulang malam dengan menggunakan
pesawat Avro RJ-185 Pelita Air.
IV. Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2001)
Pada
era presiden Abdurrahman Wahid atau akrab dipanggil Gusdur, pesawat
kepresidenan yang pernah dipakai sama seperti yang telah dIpakai
presiden Suharto.
Namun pesawat kepresidenan yang paling sering dipakai Gusdur adalah Garuda Indonesia MD-11 dan sebuah Boeing 707 milik TNI-AD.
1.Boeing 707 TNI AU
Presiden yang akrab
dipanggil Gus Dur ini pernah menggunakan pesawat Boeng 707 VVIP TNI AU
untuk perjalanan keluar negeri. Namun ada satu kisah saat Presiden Gus
Dur hendak berkunjung ke Australia. Sampai di atas Darwin, pesawat
mengalami kebocoran oli sehingga harus mendarat darurat di Pangkalan AU
Australia di Darwin.
2. MD-11 Garuda Indonesia. Presiden Gus Dur masih menggunakan pesawat MD-11 yang disewa dari Garuda Indonesia untuk perjalanannya ke luar negeri.
3. Avro RJ-185. Pesawat milik Pelita Air ini sering dipergunakan Presiden Abdurrahman Wahid untuk perjalanan nya di dalam negeri.
V. Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004)
Pada
era presiden Megawati Soekarnoputri, pesawat kepresidenan yang pernah
dipakai yaitu Garuda Indonesia MD-11. Sedangkan satu lagi adalah Avro
RJ-185 pesawat milik Pelita Air Service.
Kedua pesawat kepresidenan tersebut sama seperti yang telah dipakai presiden Suharto, BJ.Habibie, dan Abdurrahman Wahid.
1. MD-11 Garuda Indonesia
Presiden Megawati
Soekarnoputri melanjutkan masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
Megawati tidak terlalu sering mengadakan kunjungan ke luar negeri. MD-11
yang disewa dari Garuda Indonesia adalah pesawat yang dipergunakan.
2. Avro RJ-185. Seperti
halnya Soeharto, BJ.Habibie, dan Abdurrahman Wahid, pesawat milik
Pelita Air Service ini sering dipergunakan Presiden Megawati untuk
perjalanan nya di dalam negeri.
VI. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)
Pada
era presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, pesawat kepresidenan
yang pernah dipakai ada dua buah dan kedua-duanya dari perusahaan
produsen ternama dan berpengalaman di dunia, yaitu Airbus dan Boeing.
Pesawat kepresidenan pertama yaitu
pesawat sewaan dari Garuda Indonesia Airbus A330 seri 300. Sedangkan
satu lagi adalah juga pesawat sewaan daRi maskapai yang sama, Garuda
Indonesia, namun kali ini produsennya adalah Boeing, yaitu Boeing 737.
1. Airbus A330-300 Garuda Indonesia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kerap menggunakan pesawat Airbus A330-300 yang disewa dari maskapai Garuda Indonesia.
2. Boeing 737 Garuda Indonesia.
Untuk perjalanan di dalam negeri atau regional, Presiden yang kerap
dipanggil SBY ini menggunakan Boeing 737 yang juga disewa dari Garuda
Indonesia. Dimensi dan kapasitas pesawat ini memang lebih kecil daripada
Airbus A330.
3. Boeing 737 BBJ (Boeing Business Jet)
Pada era Presiden SBY
dibeli sebuah pesawat khusus kepresidenan yaitu Boeing 737 BBJ (Boeing
Business Jet) yang dibeli Pemerintah RI. pesawat ini akan dioperasikan
oleh TNI AU dan masuk Skadron Udara 17 yang memang bertugas melayani VIP
dan VVIP. Dengan harga USD 91,2 juta atau sekitar Rp 820 miliar,
pesawat ini akan cukup nyaman dan canggih untuk keperluan transportasi
Presiden RI.
VI. Presiden Joko Widodo (2014-2019)
Pada
era presiden Joko Widodo atau Jokowi, pesawat kepresidenan yang dipakai
adalah Boeing 737 BBJ (Boeing Business Jet) yang dibeli Pemerintah RI
pada masa presiden SBY.
Sosok seorang Jokowi yang suka blusukan
itu sepertinya cocok jika memiliki pesawat khusus yang pada masa
presiden lalu masih memakai pesawat komersil yang disewa kepresidenan.
Benar saja, baru 9 hari setelah dilantik
menjadi presiden sejak 20 Oktober 2014, presiden yang berpenampilan
sederhana dengan ciri selalu memakai pakaian kemeja putih polos dengan
lengan yang selalu digulung itu langsung terbang menuju Sumatera Utara
dengan pesawat kepresidenan B737 BBJ II.
Penerbangan Perdana Jokowi dengan Pesawat Kepresidenan
Inilah kali pertama Jokowi terbang dengan
menggunakan pesawat kepresidenan. untuk menemui pengungsi korban
meletusnya Gunung Sinabung di Tanah Karo, Sumatera Utara. Untuk pertama
kalinya, sejumlah wartawan juga ikut menjajal pesawat kepresidenan RI.
Ini adalah penerbangan perdana Presiden Joko Widodo menggunakan pesawat
biru tersebut. Bagaimana rasanya?
Pesawat Boeing seri 737-800 Business Jet
II tersebut sudah bersiap sejak pagi di landasan udara Halim
Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (29/10/2014). Seperti biasa,
pemeriksaan keamanan wajib dilakukan. Setiap penumpang harus melewati
metal detector dan pemeriksaan lainnya sebelum naik ke burung besi
tersebut.
Begitu sampai pesawat, kursi sudah ditata
rapi. Nama para penumpang sudah dipasang sesuai kursi masing-masing.
Khusus untuk staf dan wartawan, posisinya di bagian paling belakang.
Sementara Jokowi dan Iriana ada di deretan VVIP, tepatnya di bagian
paling depan. Kapasitas pesawat itu adalah 60 orang.
Di dalam pesawat ada meeting room untuk 4 orang kelas VVIP, state room untuk dua orang kelas VVIP, 12 orang di executive area dan 44 tempat duduk di staff area.Setelah
menemukan tempat duduk, pramugari cantik nan ramah dari TNI AU akan
datang menghampiri. Mereka akan menawarkan minuman. Dengan senyum
merekah, mereka akan membantu setiap kebutuhan penumpang.
Di setiap kursi ada layar TV dengan logo
Setneg RI. Dari layar itu, berbagai hiburan mulai dari musik hingga
video bisa dilihat. Lumayan, sebagai pengisi waktu sepanjang perjalanan.
Saat terbang, para penumpang mendapat
sarapan. Menu yang disediakan adalah nasi goreng istimewa yang disajikan
dengan telor dadar, ayam dan abon. Rasanya maknyus!
Proses pendaratan pesawat berlangsung
mulus. Jokowi dan rombongan rampingnya sehingga dengan mudah bisa
diangkut cukup dengan satu pesawat berkapasitas cukup kecil itu, tiba di
Lanud Soewondo sekitar pukul 09.27 WIB. Para staf keluar terlebih dulu.
Baru Jokowi menyusul belakangan yang langsung disambut oleh Gubernur
Sumut Gatot Pujo Nugroho.
Sekadar informasi, ini adalah kali
pertama pesawat kepresidenan digunakan Jokowi. Tak hanya itu, baru
pertama rombongan presiden bisa satu pesawat bareng dengan para
wartawan. Sebelumnya, wartawan diterbangkan dengan pesawat terpisah
bersama rombongan advance.
Peristiwa-Peristiwa Menarik Saat Terbang Perdana Bersama Presiden Joko Widodo Dengan Pesawat Kepresidenan RI
Namun ada beberapa peristiwa nyentrik dan
tak diduga pada kali pertama alias penerbangan perdana presiden Jokowi
dengan pesawat kepresidenan ini.
1. Hanya Bawa 1 Menteri
Presiden Joko Widodo
tak membawa banyak menteri saat melakukan kunjungan kerja menyambangi
pengungsi Gunung Sinabung, Sumatera Utara. Hanya Menteri Sosial Khofifah
Indar Parawansa saja yang ikut dalam rombongan. Pada Rabu (29/10/2014),
hanya ada lima pejabat VVIP yang ikut dalam pesawat kepresidenan.
Mereka adalah Jokowi, Ibu Negara Iriana, satu anggota DPR, satu anggota
DPD, dan Khofifah.
Semua kompak berkemeja
putih. Tak lupa, lengan baju para pejabat itu juga tergulung, sebuah
simbol yang selama ini disebut Jokowi ciri khas para pekerja. Selain
lima pejabat utama, tak banyak staf yang ikut dalam rombongan. Terlihat
di pesawat, ada beberapa bangku kosong. Ajudan yang dibawa Jokowi kali
ini adalah dari Polri Kombes Listyo Sigit dan satu orang ajudan Polri
wanita untuk Iriana.
Padahal biasanya, ada
menteri yang rajin menempel presiden seperti mensesneg, seskab atau
menko, selain menteri-menteri terkait yang berhubungan dengan tugas
kenegaraan di lokasi tersebut.Ini
adalah kunjungan kedua Jokowi ke Sinabung. Dia menjenguk pengungsi
Sinabung pertama kali saat mengikuti kampenye Pilpres sekitar 5 bulan
lalu. Dalam kunjungan kali ini, Jokowi membawa sumbangan bagi pengungsi
dalam bentuk kartu elektronik yang bisa diuangkan ke perbankan.
2. Satu Pesawat dengan Wartawan
Ini adalah kali pertama
rombongan wartawan bisa ‘masuk’ bersama rombongan di pesawat
kepresidenan. Sebelumnya, wartawan diterbangkan terpisah. Ini adalah
pemandangan yang cukup berbeda bila dibandingkan dengan beberapa
presiden sebelumnya. Selain itu ada sembilan rombongan wartawan yang
akan meliput kegiatan Jokowi. Rencananya Jokowi akan memberikan bantuan
berupa tabungan dalam bentuk sim card kepada warga Sinabung.
3. Masih Ada Bangku Kosong
Masih ada bangku kosong
di kursi staf. Tak biasanya, masih ada bangku kosong di kursi staf yang
ada pesawat kepresidenan. Sedikitnya ada lima bangku yang tak diisi.
Munghkin saja ini sudah protokoler atau prosedural jika ada
situasi-situasi mendadak atau khusus. Bahkan ada beberapa staf yang
harus terbang terpisah dengan pesawat lain.
Dari data spesifikasi
pesawat yang dirilis pihak Setneg, kapasitas pesawat itu adalah 60
orang. Di dalam pesawat ada meeting room untuk 4 orang kelas VVIP, state
room untuk dua orang kelas VVIP, 12 orang di executive area dan 44 seat
di staff area.
Pesawat Kepresidenan periode selanjutnya
Pada era Presiden SBY sebenarnya sudah
menyiapkan sebuah pesawat khusus Boeing 737 BBJ (Boeing Business Jet)
yang dibeli Pemerintah RI. Pemerintahan SBY beralasan bahwa sudah
saatnya Presiden RI mempunyai sebuah pesawat khusus yang tidak perlu
menyewa lagi.
Sejak tahun 2010, Pemerintah Republik Indonesia sudah memulai melakukan pemesanan pesawat khusus ini.
Pilihan dijatuhkan pada Boeing Business Jet 2 (BBJ2), sebuah pesawat yang mengambil basis dari Boeing 737-800 yang dikembangkan lebih lanjut oleh Boeing dan General Electric (GE).
Dari luar tampilan pesawat BBJ2 terlihat sama saja dengan Boeing 737-800 biasa. Namun jangan tanya kecanggihan dan kemewahannya.
Standar keamanan dan kenyamanan pesawat baru ini pun dibuat layak untuk seorang presiden.
Pesawat akan dimiliki oleh Sekretariat
Negara RI dan operasional serta perawatannya akan diserahkan kepada TNI
AU. Pesawat ini rencananya tahun 2014 sudah jadi dan siap operasional.
Detail Pesawat Kepresidenan Indonesia 2014
Sejak tiba di Base Operations
(Base Ops) Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
pada Kamis (10/4/2014), sosok pesawat Kepresidenan RI jenis Boeing Business Jet 2
(BBJ2) membuat takjub para tamu undangan acara serah terima yang
langsung dihadiri dari pihak Boeing. Sebab sejak 69 tahun merdeka, ini
merupakan kali pertama Indonesia punya pesawat khusus kepresidenan RI.
Spesifikasi pesawat Boeing 737-800 jenis Boeing Business Jet 2 (BBJ-2) untuk presiden RI 2014 :
Spesifikasi pesawat kepresidenan RI :- Jenis/tipe pesawat : Boeing Business Jet 2 (BBJ2)
- Daya tampung maksimal : 70 penumpang
- Jarak terbang maksimal : 10.334 kilometer selama 10-12 jam
- Kecepatan maksimal : 871 kilometer per jam
- Panjang : 39,5 meter,
- Rentang sayap : 35,8 meter
- Tinggi : 12,5 meter
- Ketinggian terbang maksimum : 41.000 kaki atau sekitar 12.300 meter
Interior:
Pesawat BBJ2 dirancang untuk memuat 4 VVIP class meeting room, 2 VVIP class state room, 12 executive area, dan 44 staff area.
Interior pesawat dirancang untuk dapat mengakomodasi hingga 67 orang
penumpang. Jumlah itu disebut cukup untuk sebuah rombongan presiden.
BBJ2 memiliki ruang interior yang berukuran 25 persen lebih lega dibanding versi biasa. Hal ini dikarenakan panjang pesawat di-stretch 19,2 feet atau sekitar 5,7 meter lebih panjang.
Kokpit:
Kokpit pesawat kepresidenan RI ini dilengkap dengan sistem avionik canggih seperti double FMS (flight management system), sistem komunikasi Rockwell Collins Series 900 VHF comm/nav ganda dengan DME (distance measuring equipment), HF comms, ADF (automatic direction finder), GPS (global positioning system), MLS (microwave landing system) serta radar cuaca tipe WXR-700X.
Sistim Keamanan:
Pesawat kepresidenan RI
ini juga memiliki sistem keamanan dan komunikasi canggih. Meskipun
tidak dijelaskan secara spesifik, pesawat RI-1 ini dilengkapi sensor dan
radar warning untuk mendeteksi ancaman rudal yang
mendekat. Memang, pesawat ini tidak dilengkapi kemampuan antirudal, tapi
setidaknya pilot bisa mengambil langkah yang diperlukan untuk
menghindarkan pesawat dari terjangannya.
Kemampuan terbang:
Pesawat ini ditenagai dua mesin turbofan General Electric/Snecma (CFMI) CFM56-7 yang masing-masing memiliki power
27.300 lbs dan mampu membuat pesawat terbang sejauh 10.334 kilometer
atau sekitar 12 jam. Kemampuan ini didapat berkat adanya 9 tangki bahan
bakar tambahan yang memuat total 39.554 liter avtur.
BBJ2 mampu terbang dengan ketinggian maksimal 41.000 feet,
mampu terbang selama 10 jam, memiliki kecepatan jelajah maksimum 0,785
mach dan kecepatan maksimum 0,85 mach. Pesawat juga dilengkapi dengan
perangkat keamanan dan tangki bahan bakar telah ditambah untuk daya
jangkau sampai dengan 10.000 kilometer.
Dengan kemampuan itu, pesawat ini lebih
dari cukup untuk menjangkau seluruh pelosok Tanah Air dan tugas
kepresidenan di negara sahabat. Pesawat seri 737-800 ini juga merupakan
jenis yang sama yang digunakan maskapai penerbangan pelat merah, Garuda
Indonesia.
Menteri
Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengatakan, pesawat kepresidenan ini
memang dirancang untuk dapat memenuhi persyaratan demi menunjang
pelaksanaan tugas kenegaraan presiden RI.
“Setelah melalui proses 4 tahun, pagi ini
kita menyaksikan bersama pesawat kepresidenan khusus didesain untuk
jalankan tugas pemerintahan dan kenegaraan dari presiden RI,” ujar Sudi,
di Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis (10/4/2014).
Sudi mengapresiasi pihak Boeing yang
sudah merealisasikan desain sesuai dengan yang diinginkan Indonesia.
Proses fabrikasi dan modifikasi pesawat tersebut memakan waktu 5 tahun.
Dia melanjutkan, serah terima pesawat
yang dilaksanakan hari Kamis (10/4/2014) yang merupakan peristiwa
penting untuk Indonesia. Sudi menyerahkan pesawat kepresidenan itu
kepada pihak TNI Angkatan Udara dan Garuda Indonesia untuk bersama-sama
merawat dan memelihara pesawat tersebut.
Interior pesawat kepresidenan RI, satu buah kursi Pesawat Presiden seharga bangun dua gedung Sekolah Dasar.
Pembelian interior pesawat dinilai
berlebihan senilai Rp 243 miliar. Juga harga satu kursi yang menyamai
biaya pembangunan dua sekolah dasar. Koordinator LSM Bendera, Mustar
Bonaventura, mengungkapkan keresahannya soal harga kursi yang dibayarkan
pemerintah untuk mempercantik pesawat kepresidenan di Jakarta, Minggu,
(26/2/2012).
“Jadi jika diasumsikan ada 100 kursi di
dalam pesawat maka harga rata-rata tiap kursi senilai Rp 2 miliar.
Sementara Rp 43 miliar lainnya untuk tempat tidur, wc, meja, televisi,
dapur, tangga dan lain-lain”, jelas Mustar Bonaventura.
“Harga kursi Rp 2 miliar itu setara
dengan membuat 2 SD permanen dengan 6 ruang kelas, satu ruang guru, satu
ruang kepala sekolah dan satu lapangan voli atau Badminton,” bebernya.
Mustar Bonaventura merinci jika satu
kelas rata-rata berisi 40 siswa maka setiap SD bisa menyekolahkan 240
siswa. Tapi jika kegiatan sekolah dibuat dua kali dalam satu hari yaitu
pagi dan siang maka tiap SD bisa menampung 480 siswa atau 960 siswa
untuk 2 SD.
“Dengan demikian jika seluruh biaya kursi
itu di gunakan untuk membangun SD maka ada 9.600 anak yang bisa
bersekolah. Jika tiap bangunan bertahan rata-rata 10 tahun maka dengan
harga 100 kursi pesawat Presiden bisa menyekolahkan 96.000 siswa,”
paparnya.
Menurut Mustar Bonaventura pembelian
pesawat kepresidenan dengan harga yang fantastis ini tentu menyakiti
rasa keadilan rakyat Indonesia yang saat ini sebagian besar masih hidup
dalam kemiskinan.
“Keputusan membeli pesawat kepresidenan
di saat Indonesia masuk peringkat 5 terbesar di dunia dalam jumlah
Balita kurang gizi yaitu 900.000 balita, merupakan keputusan tanpa akal
dan nurani,” lanjutnya.
Mustar mencoba mengingatkan soal pesawat
yang dibeli rakyat Aceh untuk Soekarno yaitu pesawat Seulawah 001, tidak
digunakan untuk pesawat kepresidenan tetapi menjadi pesawat perintis
untuk membuka wilayah Sumatera.
Lalu Ahmadinejad, Presiden Iran itu
justru merubah pesawat kepresidenannya menjadi pesawat cargo. Alasannya
sederhana, dengan merubah pesawat kepresidenan menjadi pesawat cargo
maka negara mendapat tambahan pemasukan dan meminimalkan pemborosan.
Pengujian Sekaligus Penerbangan Perdana Pesawat Kepresidenan
Karena sebagai pesawat kepresiden pertama
sekali dalam sejarah dimiliki Indonesia, maka untuk memastikan segala
sesuatunya baik dan prima, saat presiden menggunakannya, maka semuanya
harus sudah teruji dan bisa berjalan lancar seperti diharapkan.
Maka pesawat kepresidenan pertama yang
dimiliki Republik Indonesia, Boeing Business Jet 2 ini akan melakukan
ujicoba ketahanan terbang pada 16 April 2014 dari Bandara Halim
Perdanakusuma ke Banda Aceh.
Uji coba terbang pesawat baru
kepresidenan ini dilakukan dari Provinsi Aceh hingga ke Papua dengan
melintasi beberapa pulau di bagian utara dan selatan Indonesia.
Pesawat Kepresidenan RI dengan nomor
penerbangan A-001 itu mendarat mulus di Bandara Internasional Sultan
Iskandar Muda Blang Bintang, Aceh Besar, Rabu pekitar pukul 11.30 WIB.
Setelah pesawat terparkir, lalu pramugari
membuka pintu pesawat dan seketika mendapat sambutan meriah dari warga
Aceh yang berada di Bandara Sultan Iskandar Muda.
Mereka mengatakan amat bangga bisa
melihat pesawat kepresidenan pertama Republik Indonesia itu melakukan
terbang perdananya ke Aceh.
Kemudian para pramugari dan pilot ikut
keluar pesawat bersama rombongan. Sejumlah orang mengabadikan momen
untuk foto bersama dengan latar belakang pesawat.
Sama seperti warga yang datang, para krew
juga amat bangga bisa mengawaki pesawat kepresidenan pertama Republik
Indonesia dengan gambar Burung Garuda.
Kapan Pemerintah Akan Kembali Hidupkan dan Kembali Mendukung IPTN yang kini menjadi Dirgantara Indonesia (DI) ?
Indonesia sendiri sebenarnya memiliki
kemampuan untuk membuat pesawat di era Menristek BJ. Habibie. Mengapa
kini “mati”? Penyebabnya adalah IMF (International Monetary Fund).
Menurut Habibie, saat itu Suharto meneken
tandatangan untuk mematikan IPTN, sedangkan Habibie tak diikutsertakan
pada perjanjian tersebut. Lalu IPTN dan perusahaan dibawahnya harus
ditutup karena “mengalami kerugian akibat hutang”.
Habibie menolak rencana itu, “Yang
mengalami hutang adalah swasta, bukan BUMN,” jelas Habibie. Akhirnya
semua terkuak bahwa pembubaran IPTN atas tekanan dari IMF. (lihat video
kesaksian Habibie dibawah halaman atau klik untuk melihat videonya disini)
Saat itu Habibie telah membuat beberapa
assembly pesawat komersil kebanggaan Indonesia melalui PT. Nurtanio,
yaitu pesawat tipe N-250 yang dinamai “Gatot Kaca” dan telah terbang
pada tanggal 10 Agustus 1995, untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan
Indonesia.
Assembly telah dibuat di Mobile, AS dan
Stuttgart, Jerman. Sekitar 80% pesawat telah mengudara. Sejak awal
berdiri memiliki “hanya” 250 orang karyawan saja dan telah menguntungkan
negara sebesar 10 billion dollar AS! Akhirnya IPTN justru ditutup pada
saat beberapa perusahaan pesawat dunia justru ambruk bahkan di “bill
out” oleh pemerintahnya.
Kembali ke pesawat Kepresidenan Republik
Indonesia, nantinya pesawat ini akan dioperasikan oleh TNI AU dan masuk
Skadron Udara 17 yang memang bertugas melayani VIP dan VVIP. Dengan
harga USD 91,2 juta atau sekitar Rp 820 miliar, rasanya pesawat ini akan
cukup nyaman dan canggih untuk keperluan transportasi Presiden RI.
Sebelumnya
Indonesia tak memiliki pesawat khusus kepresidenan, alias hanya menyewa
pesawat komersil dan dapat menganggu jadwal pesawat komersial tersebut.
Maka dengan adanya penggunaan pesawat kepresidenan ini, anggaran negara
hemat sekitar Rp 114,2 miliar.
Selama 69 tahun
merdeka, tugas negara yang dilakukan oleh Presiden dan Wakil Presiden
selalu menyewa pesawat komersial yang mengeluarkan lebih banyak anggaran
negara. Selain Indonesia pesawat jenis Boeing Business Jet-2
ini juga dijadikan pesawat pemerintahan, VVIP atau kepresidenan oleh
negara Madagaskar, Belarus, Uni Emirat Arab, Kazakhstan, Kuwait dan
Tunisia.
Dan pesawat Boeing Business Jet-2
ini juga dijadikan pesawat untuk Angkatan Udara oleh Argentina,
Australia, Colombia, India, Malaysia, Nigeria, Afrika Selatan dan
Maroko. Selain untuk Angkatan Udara negara tersebut, pesawat ini juga
difungsikan untuk VVIP. Kini giliran Indonesia yang memilikinya dan
satu-satunya untuk VVIP. Selamat datang “Air Force One” Indonesia!